Perang Ukraina Mendorong Kosovo dan Bosnia Segera Gabung NATO
Berita Baru, Pristina – Perang Ukraina mendorong Kosovo dan Bosnia segera gabung NATO, dengan para pemimpinnya mengatakan bergabung dengan NATO akan membantu menjaga keamanan regional.
Bosnia saat ini berpartisipasi dalam Membership Action Plan (MAP), yang dilihat sebagai “langkah terakhir sebelum mendapatkan keanggotaan [NATO]”, menurut Menteri Pertahanan Bosnia Sifet Podzic.
Tetapi seperti halnya Kiev, Rusia memprotes tawaran Bosnia bergabung dengan NATO Sarajevo, meskipun jarak kedua negara dipisahkan jarak ribuan kilometer, sekitat 2.400 kilometer.
Kedutaan Rusia di Bosnia memperingatkan tahun lalu bahwa Rusia “harus bereaksi terhadap tindakan bermusuhan ini” jika Bosnia mengambil langkah-langkah menuju keanggotaan.
Duta Besar Rusia untuk Bosnia Igor Kalabukhov mengulangi pesan ini bulan lalu dalam sebuah wawancara dengan TV Bosnia, menggunakan invasi Moskow ke Ukraina sebagai contoh.
“Jika [Bosnia] memilih untuk menjadi anggota apa pun, itu adalah urusan internalnya. Tapi ada hal lain, reaksi kami,” katanya.
“Kami telah menunjukkan apa yang kami harapkan pada contoh Ukraina. Jika ada ancaman, kami akan bereaksi,” imbuhnya.
Bagi Presiden Kosovo Vjosa Osmani, peringatan Kalabukhov menunjukkan “bahwa Rusia memiliki kepentingan yang merusak di wilayah kami”.
“Mereka terutama memiliki minat untuk menyerang Kosovo, Bosnia dan Herzegovina, dan sampai batas tertentu juga [anggota NATO] Montenegro,” Osmani mengatakan kepada Al Jazeera.
Serbia, yang dilihat sebagai proksi Rusia, dapat bertindak dengan Rusia sambil merasa “berani dengan apa yang terjadi di benua Eropa saat ini”, katanya.
“Pengaruh yang dimiliki Rusia di Serbia tidak berkurang, itu benar-benar tumbuh selama bertahun-tahun.”
Sejak 24 Februari, Presiden Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina dengan alasan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO. Hal itu menimbulkan kekhawatiran invasi Rusia akan meluas ke negara-negara Balkan, khususnya sebelah Barat.
Pergerakan militer Rusia di Balkan Barat tercatat selama bertahun-tahun, termasuk memfasilitasi kudeta di Montenegro dan Makedonia Utara sebelum mereka bergabung dengan NATO.
Montenegro bergabung dengan NATO pada tahun 2017, sementara Makedonia Utara pada tahun 2020.
Sementara itu, Bosnia dan Kosovo dulu di tahun 1990-an tercatat pernah mengalami pembunuhan masal yang dilakukan Serbia di masa pemerintahan Slobodan Milosevic.
Berkaca dari catatan tersebut, NATO menjadi tujuan strategis kedua negara tersebut.
Selama ini, Bosnia dan Kosovo tetap menjadi anggota non-NATO terakhir di kawasan itu, selain Serbia yang memandang aliansi militer translantik yang dipimpin Amerika Serikat itu sebagai “musuhnya”.
Pada tahun 1999, NATO melakukan perang 78 hari melawan Serbia dengan tujuan untuk mencegah genosida di Kosovo terhadap etnis Albania.