Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Penghasil Karbon Terbesar, AS dan China Berkomitmen Mengatasi Masalah Perubahan Iklim
(Foto: The Guardian)

Penghasil Karbon Terbesar, AS dan China Berkomitmen Mengatasi Masalah Perubahan Iklim



Berita Baru, Internasional – Dalam sebuah pernyataan bersama pada Sabtu (17/4), AS dan China berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah perubahan iklim yang sangat mendesak.

“Amerika Serikat dan China berkomitmen untuk bekerja sama satu sama lain dan mengajak negara lain untuk mengatasi krisis iklim, yang harus ditangani dengan serius berdasarkan urgensi yang dituntutnya,” demikian pernyataan dari Kerry dan utusan khusus China untuk perubahan iklim, Xie Zhenhua.

Seperti dilansir dari The Guardian, Kerry, mantan menteri luar negeri AS, adalah pejabat pertama pemerintahan Joe Biden yang mengunjungi China. Langkah yang menandakan keseriusan kedua belah pihak dalam menangani tantangan global meski kedua negara tengah berada dalam situasi ketegangan yang memuncak di beberapa persoalan lainnya.

Komitmen kedua negara muncul untuk menyambut pertemuan puncak KTT tentang perubahan iklim yang akan digelar di Inggris tahun ini.

Presiden AS telah mengundang 40 pemimpin, termasuk presiden China Xi Jinping, untuk mengambil bagian dalam agenda tersebut sebagai langkah untuk mempersiapkan KTT mendatang. Pelaksanaan akan berlangsung pada hari Jumat 22 April yang bertepatan dengan peringatan Hari Bumi. Pertemuan tersebut mengupayakan penggalangan terhadap negara-negara besar untuk secara serius menangani krisis iklim menjelang pembicaraan penting PBB yang diselenggarakan oleh Inggris tahun ini.

Pernyataan itu mengatakan kedua negara “menantikan KTT,” meski tidak merinci apakah Xi akan hadir. “Kami sangat berharap dia akan ambil bagian,” kata Kerry kepada wartawan, Minggu (18/4).

“Tentu saja, setiap negara akan membuat keputusannya sendiri,” katanya, menambahkan: “Kami tidak berusaha memaksa siapa pun. Kami sedang mencari kerja sama. “

Saat ini, China memiliki sekitar setengah dari kekuatan batu bara dunia, kata Kerry. Dia menambahkan bahwa dirinya telah banyak menyinggung hal itu dengan para pejabat di Shanghai.

“Saya tidak menyalahkan,” kata Kerry. “Kami memiliki terlalu banyak batu bara, negara lain memiliki terlalu banyak batu bara, tetapi China adalah pengguna batu bara terbesar di dunia. Dan karena ini adalah ekonomi dan negara yang besar dan kuat, ia perlu bergerak.”

Pernyataan bersama tersebut juga mencantumkan berbagai jalan kerja sama antara AS dan China, dua ekonom teratas dunia yang bersama-sama menyumbang hampir setengah dari emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.

Kerry menekankan tentang perlunya  meningkatkan kebijakan masing-masing dan mengambil langkah bekerja sama multilateral, termasuk Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim dan Perjanjian Paris.

Negara-negara tersebut juga setuju untuk membahas tindakan pengurangan emisi “konkret” yang spesifik termasuk penyimpanan energi, penangkapan karbon dan hidrogen, dan setuju untuk mengambil tindakan memaksimalkan pembiayaan bagi negara-negara berkembang untuk beralih ke sumber energi rendah karbon.

Sementara itu, Biden berharap negara-negara lainnya juga membuat komitmen iklim menjelang KTT Hari Bumi. Pekan lalu, wakil menteri luar negeri China, Le Yucheng, mengisyaratkan bahwa China tidak mungkin membuat janji baru.

“Untuk negara besar dengan 1,4 miliar orang, tujuan ini tidak mudah dicapai,” kata Le saat wawancara dengan Associated Press di Beijing, yang dilakukan saat Kerry masih di Shanghai untuk melakukan pembicaraan.

“Beberapa negara meminta China untuk mencapai tujuan lebih awal. Saya khawatir ini menjadi tidak realistis.”

Tentang apakah Xi akan bergabung dengan KTT, Le mengatakan “pihak China secara aktif mempelajari masalah tersebut”.

Selama pertemuan virtual dengan para pemimpin Jerman dan Prancis pada hari Jumat, Xi juga mengatakan bahwa perubahan iklim “tidak boleh menjadi chip geopolitik, target untuk menyerang negara lain atau alasan untuk hambatan perdagangan,” meskipun ia menyerukan kerja sama yang lebih erat mengenai masalah tersebut, menurut Kantor Berita resmi Xinhua.

Li Shuo, penasihat iklim senior untuk kelompok lingkungan Greenpeace, menyambut baik pernyataan bersama tersebut, mengatakan bahwa China dapat segera menanggapi janji AS yang baru dengan janji miliknya sendiri, membangun “momentum” pembicaraan Shanghai.

 “Pernyataan dalam pandangan saya sama positifnya dengan yang dimungkinkan oleh politik: ia mengirimkan pesan yang sangat tegas bahwa dalam masalah khusus ini (China dan Amerika Serikat) akan bekerja sama. Sebelum pertemuan di Shanghai, ini bukanlah pesan yang bisa kami asumsikan,” kata Li.

Dalam kampanye kepresidenannya, Biden secara lantang menjadikan problem iklim sebagai prioritas utama. Dibuktikan dengan bergabungnya lagi AS dengan kesepakatan Paris 2015, yang sebelumnya dicabut oleh Donald Trump. As berkomitmen untuk mengambil tindakan dalam menjaga kenaikan suhu tidak lebih dari dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Biden juga berjanji bahwa AS akan beralih ke sektor listrik bebas emisi dalam waktu 14 tahun, dan memiliki ekonomi yang sepenuhnya bebas emisi pada tahun 2050. Kerry juga mendorong negara lain untuk berkomitmen pada netralitas karbon.

Tahun lalu, Xi mengumumkan bahwa China akan netral karbon pada tahun 2060 dan akan mencapai puncak emisi pada tahun 2030. Pada bulan Maret, Partai Komunis China berjanji untuk mengurangi emisi karbon per unit output ekonomi sebesar 18% selama lima tahun berikutnya.