Pengawas Pemilu Independen Laporkan Penyimpangan Hasil Pemungutan Suara Perubahan Konstitusi Rusia
Berita Baru, Internasional – Pada hari Rabu (2/7), Ketua Pengawas Independen Pemilu Rusia Grigory Melkonyants melaporkan adanya penyimpangan dalam pemungutan suara dan tekanan pada para pemilih kepada The Associated Press.
Menurut Komisi Pemilihan Umum Rusia, saat suara pemilihan ditutup dan 30 persen dari semua suara dihitung, didapatkan hasil 74 persen memilih setuju perubahan konstitusi dan 25 persen memilih tidak.
Dengan demikian, tampaknya mayoritas pemilih Rusia akan menyetujui perubahan konstitusi.
Perubahan konstitusi itu akan membuat masa jabatan Presiden Vladimir Putin kembali menjadi nol pada tahun 2024, di mana pada tahun itu masa jabatan Presiden Putin akan habis. Sehingga ia dapat kembali mencalonkan diri sebagai presiden selama dua masa jabatan lagi, yang berarti hingga tahun 2036.
Untuk pertama kalinya di Rusia, pemilihan dilakukan secara terbuka selama seminggu untuk meningkatkan jumlah pemilih agar orang-orang tidak berkerumun saat memberikan suara di tengah pandemi virus korona.
Namun, beberapa kritikus dan penentang pemerintah menyebut hal itu malah menjadi alat tambahan untuk memanipulasi hasil pemungutan suara.
Misalnya, di Semenanjung Chukchi, para pejabat dengan cepat mengumumkan hasil awal penuh yang menunjukkan 80 persen pemilih mendukung perubahan konstitusi. Lalu di daerah Rusia Timur lainnya, 70 persen pemilih mendukung perubahan.
Hal itu sedikit mencurigakan mengingat Semenanjung Chukchimerupakan daerah paling timur Rusia dan waktunya terpaut sembilan jam lebih awal dari Moskow.
Karena itu, para pengkritik pemerintah Rusia dan pengamat pemilu independen mempertanyakan jumlah pemilih tersebut.
“Kami melihat daerah tetangga, dan anomali sudah jelas – ada daerah di mana jumlah pemilih meningkat [disokong], ada daerah di mana itu kurang nyata,” ujar Melkonyants, dilansir dari Aljazeera.
Alexei Navalny, seorang penentang Kremlin, menyatakan bahwa hasil pemilihan suara ini sebagai ‘kebohongan besar’ yang tidak bisa menjadi cerminan suara masyarakat Rusia.
Para penentang dan pengkritik pemerintah Rusia juga menggelar unjuk rasa menentang perubahan konstitusi di St. Petersburg dan Moskow. Mereka menuduh Presiden Putin ingin menjadi pemimpin Rusia seumur hidup.
Namun, para pendukung mengatakan perubahan konstitusi itu sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas nasional.
Pada hari Selasa (1/7), Presiden Putin membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa ia tidak mengerti bagaimana perubahan konstitusi itu dapat mempengaruhi karirnya dan ia belum memutuskan bagaimana masa depannya.
Para penentang mengatakan mereka yakin Presiden Putin akan kembali maju menjadi presiden. Tetapi beberapa analis mengatakan Presiden Putin mungkin tidak akan kembali maju menjadi presiden karena ia ingin menghindari menjadi ‘bebek lumpuh’.