Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Nusantara

Pemuda Borneo Nusantara dalam Narasi Membangun Negeri



Oleh: Panji Sukma Nugraha*


Berita Baru, Kolom – Pemindahan ibukota menjadi program terbesar di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Untuk merealisasikannya, dukungan penuh dari masyarakat Indonesia mutlak dibutuhkan. Beberapa pihak optimis akan ini sebab Indonesia memiliki satu kekuatan besar yang disebut “Gotong Royong”.

Pemuda Borneo Nusantara melihat bahwa ada visi besar di balik tatapan Jokowi pada wajah Indonesia 2045, yakni Kota Dunia untuk Semua. Sebagai anak muda, kita harus mampu menatap visi ini.

Pemuda Borneo Nusantara sangat mengapresiasi konsep dan langkah Jokowi dalam kaitannya dengan Ibu Kota Negara (IKN). Pasalnya kebijakan ini tidak menghilangkan unsur kebudayaan yang selama ini melekat dan kental sebagai pemersatu bangsa.

Saya menyebut demikian karena dalam memulai pembangunan IKN baru, Jokowi melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Kalimantan. Pun, Jokowi mengadakan kemah bersama di lokasi IKN dengan ditemani seluruh gubernur di Indonesia.

Dalam kemah tersebut, Jokowi menggelar satu upacara namanya Ritual Kendi Nusantara. Banyak masyarakat melempar dukungannya pada kegiatan ini, entah karena kedekatannya dengan alam atau pun nilai-nilai kebudayaan yang Jokowi coba ekspresikan di dalamnya.

Adapun mengenai Ritual Kendi Nusantara, tradisi ini merujuk pada bagaimana Jokowi menyatukan tanah-tanah dan air-air yang diambil dari berbagai wilayah di Indonesia. Ritual Kendi Nusantara memberi pesan kebhinnekaan yang kuat.  

Dilihat dari segi kendinya saja, teknologi ini memiliki fungsi dan peran penting dalam kehidupan. Ada yang menggunakannya untuk tempat minum air, ada yang untuk perlengkapan ritual sosial budaya, dan ada juga untuk ritual keagamaan.

Dalam Ritual Kendi Nusantara, setiap gubernur diandaikan untuk membawa tanah dan air dari masing-masing wilayahnya. Tanah dan air tersebut tentu hadir bersamaan dengan nilai-nilai sejarah dan kesakralannya masing-masing. Inilah yang menarik, dan dari semua nilai sejarah, kebudayaan, dan sebagainya itu—yang termanifestasikan dalam tanah dan air—dikumpulkan jadi satu di atas tanah calon IKN baru Indonesia.

Pemuda Borneo Nusantara dalam Narasi Membangun Negeri
Panji Sukma Nugraha

Pak Isran Noor misalnya, ia mengambil tanah dan air dari dua daerah yang masuk dalam Kesultanan Kutai Kartanegara dan Kesultanan Paser.

Kemudian Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memilih membawa air dan tanah yang diambil dari tujuh sumber, di antaranya dari Panguripan, Jalatunda, Brantas, Keraton Barat dan Timur Majapahit. Bu Khofifah berkeyakinan, “Ini penting, sebab kata Nusantara ada dalam Sumpah Palapa yang diikrarkan Patih Gajah Mada ratusan tahun silam di tanah Jawa Timur.”

Kemudian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengambil air dan tanah dari sejumlah gunung yang merupakan pusat bumi atau pusatnya dunia. Jawa Tengah memiliki beberapa lokasi yang dikenal sebagai pusat bumi. Jadi pusatnya bumi itu ada di Jawa Tengah, pusat kebudayaan, peninggalan leluhur, dan lainnya.

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah selanjutnya, membawa tanah dari Tambora dan air dari Narmada ke IKN Nusantara. Beliau meyakini, air dari Narmada membuat kita awet muda.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memilih membawa tanah dari Kampung Susun Akuarium. Anies memilih tanah Kampung Akuarium karena melambangkan Republik Indonesia digagas oleh kaum terdidik dan diperjuangkan oleh semua rakyat Indonesia.

Kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membawa tanah dan air dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat (Jabar). Air dan tanah itu merupakan simbol bahwa Jabar akan menjadi satu dengan daerah lain dalam bentuk persatuan. Hal-hal seperti ini, sejumlah 34 gubernur Indonesia melakukannya

Untuk konteks Kalimantan Timur (Kaltim) sendiri, adalah bukan tanpa alasan ia dipilih menjadi tempat IKN baru. Kenyataan bahwa sejarah panjang peradaban Indonesia bermula dari tanah Borneo.

Sejarah ini bisa dikatakan sebagai sejarah berulang. Pada abad ke-4 M, telah berdiri kerajaan pertama di Indonesia, Kerajaan Martadipura. Ia terletak di Muara Kaman Kutai Kartanegara.

Kalimantan Timur dulunya hanyalah wilayah yang primitif di mana sekelompok komunal menghabiskan generasinya dengan berburu, bercocok tanam sampai menemukan cahaya peradaban.

Tanah Borneo menjadi tempat masuknya manusia purba untuk mengenal banyak hal, yaitu mulai belajar dari pemerintahan, budaya, seni, dan agama.

Kerajaan Martadipura merupakan kerajaan pertama di Nusantara. Bibit dari segala hal ada di Tanah Borneo. Mulai dari Pemerintahan manusia mengenal tata kelola memerintah, menguasai, hingga mengayomi. Pemerintahan melahirkan sistem hingga tercipta masyarakat yang disebut rakyat dan pemimpin yang disebut Raja.

Melalui pemerintah kemudian, lahirlah aturan-aturan yang kemudian menjadi hukum formal. Ada hak dan kewajiban. Melanggar akan diganjar saksi. Mengatur dan melindungi keberlangsungan masyarakat meski masih sederhana. Di tanah Borneo khususnya di Kerajaan Martadipura perlahan mencium peradaban itu sehingga mampu tersebar di seluruh Tanah air.

Pemuda Borneo Nusantara dalam hal ini mengajak seluruh pemuda Indonesia terkhusus pemuda Kalimantan untuk bersama-sama bergotong royong bahu membahu dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Anak muda tentu memiliki peranan penting dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul agar mampu bersaing dalam sektor apa pun sehingga kita tidak menjadi tamu di rumah kita sendiri.

Spirit yang kita bangun adalah berkolaborasi membangun Negeri demi terciptanya masyarakat sejahtera adil dan Makmur.


*Penulis adalah Ketua Umum Pemuda Borneo Nusantara