Pemprov Jatim Siap Fasilitasi Pembukaan Pondok Pesantren
Berita Baru, Jatim – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) menyatakan siap memfasilitasi pondok pesantren yang akan buka kembali usai hampir tiga bulan tutup akibat Covid-19.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyayakan pihaknya akan memberikan mitigasi dan sinergi agar para pondok pesantren bisa menerapkan protokol kesehatan secara baik.
“Sesuai dengan maklumat PWNU tentang pembukaan pembelajaran santri di pesantren, bahwa hal tersebut menjadi kewenangan masing-masing pengasuh pondok pesantren,” jelas Khofifah, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (02/6).
“Namun sesungguhnya mereka santri pondok yang tidak ada pendidikan formal dan hanya program ngaji, mereka bisa langsung masuk ke pondok dengan memperhatikan protokol kesehatan,” imbuhnya.
Khofifah mengatakan Pemprov telah menyiapkan sejumlah bantuan untuk mendukung penerapan protokol kesehatan di pesantren. Diantara berupa bantuan 34.650 APD untuk 1.286 pesantren yang memiliki fasilitas pos kesehatan pesantren (poskestren).
Juga bantuan vitamin C sebanyak 92.836 blister untuk santri, dan 52.759 blister untuk ustaz dan ustazah. Lalu masker sebanyak 464.182 buah untuk santri dan 52.759 buah untuk ustaz dan ustazah.
Kemudian tempat cuci tangan sebanyak 18.564 buah, dan hand sanitizer sebanyak 981.122 botol. Selain itu, Pemprov Jatim juga akan menyebar sprayer dan desinfektan.
Selain itu, juga bantuan sembako sebanyak 44.845 untuk ustaz dan ustazah yang bermukim di dalam pondok.
“Bantuan ini kami rencanakan untuk mendukung penegakan protokol kesehatan. Agar setiap pesantren bisa melakukan persiapan untuk dimulainya proses belajar mengajar di pesantren,” jelas Khofifah.
Dengan demikian, Ketua Umum PP Muslimat NU ini berharap kegiatan belajar mengajar santri di pesantren bisa tetap terjaga dan aman dari risiko penularan Covid-19.
Berbeda dengan Khofifah, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo mengkhawatirkan rencana pembukaan kembali pondok pesantren di Jatim yang bisa menimbulkan potensi penularan Covid-19.
“Pesantren ini kan cukup berbahaya ya. Karena kan biasanya satu ruangan tidur itu dipenuhi santri, luar biasa padatnya. Jadi seharusnya kalau santri-santri sekarang sedang dipulangkan, jangan kembali dulu,” jelas Windhu.
Apalagi, lanjut Windhu mengingat sudah ada salah satu pesantren di Temboro, Magetan, Jawa Timur, yang menjadi klaster besar penularan corona. Ia meminta pihak pesantren untuk tak terburu-buru membuka dan memanggil semua santrinya.