Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pemerintah Kazakhstan Meminta Bantuan Rusia untuk Mestabilkan Situasi

Pemerintah Kazakhstan Meminta Bantuan Rusia untuk Mestabilkan Situasi



Berita Baru, Internasional – Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) untuk menangani gelombang protes anti-pemerintah negara itu yang semakin meningkat.

Seperti dilansir dari BBC, pasukan militer pimpinan Rusia akan dikerahkan untuk membantu “menstabilkan” situasi di Kazakhstan.

Protes pertama kali dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, tetapi telah meluas hingga mencakup keluhan politik lainnya.

Presiden Tokayev mengklaim kerusuhan itu adalah ulah “geng teroris” yang dilatih di luar negeri.

Namun, Kate Mallinson, pakar Asia Tengah di lembaga pemikir urusan luar negeri Chatham House di London, mengatakan protes itu menunjukkan kemarahan dan kebencian yang sangat mendalam atas kegagalan pemerintah Kazhak.

Pemerintah dianggap gagal dalam memodernisasi negara serta tidak memperkenalkan reformasi. Sehingga hal itu memantik kemarahan masyarakat di semua lapisan.

Presiden telah memberlakukan keadaan darurat nasional yang mencakup jam malam dan larangan pertemuan massal. Ia juga telah bersumpah untuk menanggapi protes dengan keras.

Pada hari Rabu ketua CSTO, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan di Facebook bahwa aliansi tersebut akan mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk jangka waktu terbatas.

Kemudian dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis dini hari, Yokayev mengatakan dia telah meminta bantuan dari CSTO – aliansi militer yang terdiri dari Rusia dan lima negara bekas Soviet untuk membantu menstabilkan negara itu.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya “mengikuti dengan cermat” situasi di Kazakhstan, dengan seorang juru bicara mendesak pihak berwenang dan pengunjuk rasa untuk menahan diri.

Presiden Tokayev adalah orang kedua yang memimpin Kazakhstan sejak deklarasi kemerdekaan pada 1991. Pemilihannya, pada 2019, Tokayev dikutuk oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) karena tidak hormat terhadap standar demokrasi.

Namun, sebagian besar kemarahan yang meletus menjadi aksi protes di jalanan tampaknya ditujukan pada pendahulunya, Nursultan Nazarbayev, yang telah memegang peran kuat keamanan nasional sejak mengundurkan diri. Pada hari Rabu, dia dipecat dalam upaya untuk meredakan kerusuhan yang berkembang.

Para pengunjuk rasa terdengar meneriakkan nama Nazarbayev, sementara sebuah video yang beredar secara online juga demonstran berusaha merobohkan patung perunggu raksasa dari Nazarbayev. Menurut BBC Monitoring, monumen yang sekarang sudah dibongkar itu tampaknya berdiri di Taldykorgan, daerah asal Nazarbayev.

Para pengunjuk rasa berkumpul di kantor walikota di Almaty sebelum akhirnya menyerbunya. Video di media sosial menunjukkan kepulan asap membubung dari gedung, sementara tembakan juga terdengar.

Kepala polisi kota, Kanat Taimerdenov, mengatakan “ekstremis dan radikal” telah menyerang 500 warga sipil dan menjarah ratusan bisnis.

Meriam air digunakan untuk melawan pengunjuk rasa di kota barat Aktobe. Ada laporan bahwa pasukan keamanan telah memihak pengunjuk rasa di beberapa tempat.

Namun, gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi di Kazakhstan ini ternyata sulit. Kementerian dalam negeri merilis angka korban yang dilaporkan di antara pasukan keamanan, tetapi tidak ada laporan yang setara tentang cedera atau kematian di antara pengunjuk rasa. Jaringan internet juga dikabarkan padam secara nasional.

Akibatnya, selain pemecatan Nazarbayev, seluruh pemerintahan telah mengundurkan diri.