Pemerintah Berupaya Tekan Kasus Obesitas Sampai 3 Persen di Tahun 2030
Berita Baru, Jakarta – Pemerintah terus berupaya memasifkan edukasi kepada masyarakat guna menekan angka kasus obesitas di Indonesia menjadi tiga persen pada 2030.
“Kami tetap berpegang di Sustainable Development Goals (SDGs) bahwa tahun 2030, angka obesitas akan menjadi tiga persen,” kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono.
Hal itu ia sampaikan dalam diskusi memperingati Hari Anak Nasional bertajuk ‘Bahaya Obesitas Dini, Apa Solusinya?’ yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Senin (24/7).
“Karena itu, edukasi di tingkat masyarakat harus dilakukan secara masif,” sambung Dante.
Salah satu upaya yang digodok oleh pemerintah dalam menekan angka obesitas adalah ketentuan pajak makanan yang mengandung bahan olahan gula, garam, lemak.
“Beberapa hal yang sedang kita godok meski belum final adalah memberikan pajak pada makanan yang dikemas dengan kandungan GGL yang melebihi batas. Itu salah satu usaha pemerintah yang digunakan untuk menekan angka obesitas guna mencapai angka SDGs tiga persen di 2030,” terangnya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kata Dante, angka obesitas di Indonesia sekitar 15,3 persen, jumlah itu meningkat drastis di 2018, yakni 21,8 persen.
“Jadi, ada peningkatan begitu drastis di masyarakat terkait obesitas,” ujar Dante.
Dante mengatakan obesitas pada anak merupakan beban ganda malnutrisi, sebab di saat yang sama dapat terjadi masalah kekurangan gizi stunting atau tengkes.
“Kami menyadari bahwa tadinya kami mengalami beban ganda malnutrisi. Di satu sisi mempunyai masalah kekurangan gizi (stunting), di satu sisi kita mempunyai angka obesitas. Dua-duanya perlu diperbaiki, sehingga angka stunting dan obesitas turun,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, Dante juga menyoroti pengawasan terhadap jajanan anak di sekolah yang bisa memberikan efek terhadap peningkatan obesitas anak di Indonesia.
Karena sektor tersebut masih belum mendapat perhatian serius dari pemerintah dalam hal registrasi produk usaha kecil dan menengah.
“Ini memang sektor yang kadang-kadang tidak tersentuh oleh pemerintah. Karena industri UMKM ini tidak semuanya teregistrasi. Kebanyakan anak-anak itu beli di abang-abang yang jualan, itu makanannya nggak teregistrasi,” katanya.
Selain pola makan, kata Dante, faktor genetik dari orang tua juga mempengaruhi tingkat obesitas pada anak.
Pola asuh anak di dalam keluarga menjadi hal terpenting dalam program menurunkan angka kasus obesitas, melalui edukasi orang tua kepada anak tentang asupan makanan dan minuman yang aman dan bergizi.
“Yang diperlukan adalah mendidik masyarakat untuk menjadi smart eater atau cerdas untuk makan. Jadi, sebelum dia makan, sebelum dia membeli barang makanan, baca dulu kalorinya itu berapa,” ujarnya.
“Sehingga, nanti dia bisa memperhitungkan kalau dia beri makan makanan tersebut untuk anaknya. Jadi, si ibu ini akan memperkirakan berapa yang bisa dimakan setiap hari,” tukas Dante.