Pembatasan Israel Hambat Umat Kristen Gaza ke Betlehem untuk Perayaan Natal
Berita Baru, Internasional – Tidak mudah bagi umat Kristen Gaza untuk bergerak bebas dari wilayah kantong pesisir yang terkepung tersebut ke Tepi Barat untuk bergabung dalam perayaan umum Natal yang diadakan di Kota Bethlehem.
Perayaan Natal dimulai pada 25 Desember hingga 7 Januari, sebagai hari raya keagamaan yang sakral sekaligus fenomena budaya dan komersial di seluruh dunia.
Namun, pembatasan Israel yang diberlakukan terhadap penduduk Gaza telah menghambat puluhan umat Kristen untuk bergabung dengan kerabat dan orang-orang tercinta mereka guna merayakan hari raya tersebut.
“Saya menjadi salah satu orang yang terdampak oleh izin yang diterbitkan oleh Israel, karena saya memperoleh izin untuk pergi ke Tepi Barat, tetapi istri maupun putra saya tidak mendapatkan izin, jadi saya bertanya-tanya soal alasan yang menyebabkan prosedur memalukan dan ilegal ini,” kata Maged Tarazi, salah satu umat Kristen di Gaza, sebagaimana dikutip Xinhua News, Rabu (21/12/22).
“Pohon Natal adalah benih perdamaian dunia, dan saya berharap semua orang hidup dalam damai dan cinta,” ungkap warga lainnya, Simon Tarazi.
Pada 2007, Israel memberlakukan blokade ketat di Gaza, rumah bagi lebih dari 2,3 juta orang, setelah Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) secara paksa menguasainya.
Saat itu, sekitar 3.500 umat Kristen tinggal di Gaza, tetapi sekarang hanya tinggal 1.000 orang yang masih tinggal di wilayah tersebut, karena beberapa dari mereka berimigrasi ke negara lain, sedangkan yang lainnya pindah ke Tepi Barat lantaran kondisi kehidupan yang sulit di kantong pesisir itu.