Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Peaceful Digital Storytelling

Peaceful Digital Storytelling Adakan Peluncuran Buku Daring



Berita Baru, Jakarta – Peaceful Digital Storytelling (PDSt), salah satu platform digital yang fokus memberikan kebebasan anak muda Indonesia untuk mengampanyekan cerita-cerita baik dan positif di media sosisal, mengadakan launching buku yang berjudul Cerita Baik: Perdamaian dan Keberagaman via Zoom Meeting, Minggu (3/1).

Acara yang dihadiri oleh sekitar 100 peserta ini mengundang empat (4) narasumber sebagai perwakilan dari segenap penulis, yaitu Natan (SMA Regina Pacis Surakarta), Lamtiar (SMAN 2 Surabaya), Raisa (SMAN 31 Jakarta), dan Nor (SMAN 8 Surabaya).

Dengan dipandu oleh Anik Nur Qomariyah dari Wahid Foundation, acara peluncuran buku dimulai dengan sesi cerita oleh para narasumber. Setiap narasumber diberi waktu masing-masing 10 menit untuk mengulas cerita baik apa yang mereka tulis dalam buku.

Lamtiar, siswi yang begitu mengagumi Najwa Shihab—seperti dikenalkan oleh pemandu acara—berbicara tentang anak muda dan masa depan Indonesia. Bagi Lamtiar bagaimana masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda, yaitu sejauh mana anak-anak muda Indonesia mampu untuk memiliki cita-cita dan bertanggung jawab atas apa yang diimpikan.

“Maka dari itu, sejak sekarang kita harus berlatih untuk memiliki integritas. Jangan sampai misalnya ketika kita besok menjadi pejabat, kita dengan begitu mudahnya membiarkan hutan di Kalimantan terbakar. Sebab hutan kita adalah paru-paru dunia,” ungkap Lamtiar.

Berbeda dengan Lamtiar, Natan tertarik dengan isu pemuda dan dilema yang dihadapinya. Dengan cukup sistematis, Natan memaparkan apa saja dilema yang dihadapi anak muda hari ini dan bagaimana cara mengatasinya.  

“Paling tidak, ada dua dilema yang sering kita hadapi, yaitu toxic relationship dan bullying. Untuk menghadapi ini, saya kira kita bisa melakukan beberapa hal seperti toleransi, jangan buru-buru menilai orang lain, membiasakan berpikir kritis, dan yang tidak kalah penting juga adalah memanfaatkan media sosial kita untuk menyebarkan konten-konten baik dan positif,” ujar siswa yang mengaku blasteran Jawa-Flores tersebut.

Selain cerita dari para narasumber, acara yang didukung oleh Wahid Foundation dan US Embassy ini juga dihadiri oleh dua penanggap dari Wahid Foundation sebagai penyelaras, yaitu Kalis Mardiasih dan Indra Dwi Prasetyo.

Dalam sesinya, Kalis bicara tentang bagaimana sebenarnya anak-anak muda di Indonesia, khususnya mereka yang terlibat dalam PDSt sudah memiliki daya tawar (privilege) untuk bersaing secara global.

“Saya melihat, teman-teman semua sudah memiliki akses yang tidak semua orang memiliki. Akses yang dengannya, kita mempunyai daya jual yang lebih tinggi daripada bapak-bapak kuli bangunan, bapak-bapak petani, penjual sayuran, dan sebagainya,” terang Kalis.

Adapun Indra, sebagai penanggap terakhir, memilih untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Kalis. Ia menambahkan, sembari memberi inspirasi bagi segenap peserta, dengan berbagi kisahnya Bung Hatta ketika masih kuliah di Belanda.

“Salah satu contoh yang bisa kita ambil tentang privilege ini adalah Bung Hatta. Dulu, di umur sekitar SMA, Bung Hatta sudah mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Belanda. Beasiswanya pun dari Belanda. Namun, menariknya, di situ justru ia mengkritik pemerintahan Belanda. Ia memiliki jaringan yang kuat di Belanda, jadi ia berani,” jelas Indra.

“Ini tidak berbeda jauh dengan teman-teman. Melalui PDSt, teman-teman diberi akses untuk berhubungan langsung dengan tokoh-tokoh kunci nasional dan ini harus dioptimalkan,” pungkas Indra.

Untuk diketahui PDSt merupakan pengembangan dari Diskusi Cerdas Online Sekolah Damai Wahid Foundation didukung oleh Kedutaan Amerika. Saat ini PDSt fokus pada penyebaran konten-konten positif di media sosial.