Paus Fransiskus Angkat Bicara Tentang Kekerasan di Peru, Serukan Akhiri Kekerasan
Berita Baru, Vatikan City – Paus Fransiskus angkat bicara tentang kekerasan di Peru, dimana negara itu menjadi tempat unjuk rasa yang berujung kekerasan hingga mengakibatkan hampir 50 orang tewas.
Hal itu disampaikan Paus Fransiskus dalam pidato mingguannya kepada ribuan orang di Lapangan Santo Petrus.
“Tidak ada lagi kekerasan, terlepas dari mana asalnya. Tidak ada lagi kematian,” kata Paus Fransiskus yang berasal dari Argentina dalam bahasa Spanyol, padahal sebelumnya ia berpidato dalam bahasa Italia, dikutip dari Vatikan News.
Paus juga berdoa bagi negara Amerika Latin, sambil membuat seruan tulus lainnya untuk perdamaian di Peru.
Dia menawarkan dorongannya kepada semua yang terlibat dalam implementasi perjanjian perdamaian untuk bertahan di jalan dialog dan saling pengertian, karena hanya dengan bertemu satu sama lain masa depan dapat dibangun bersama.
Unjuk rasa anti-pemerintah dalam beberapa pekan terakhir belum menunjukkan adanya penurunan intensitas unjuk rasa yang dimulai sejak mantan Presiden Castillo diguligkan pada Desember 2022.
Saat itu, Presiden Pedro Castillo berusaha membubarkan badan legislatif untuk mencegah pemungutan suara pemakzulan.
“Kekerasan memadamkan harapan akan solusi yang adil untuk masalah,” kata Paus Fransiskus.
Puluhan orang terluka sejak bentrokan unjuk rasa meletus lagi pada hari Jumat, saat polisi bentrok dengan pengunjuk rasa, dengan pasukan keamanan di ibu kota Lima menggunakan gas air mata untuk mengusir demonstran yang melemparkan botol kaca dan batu, saat api membakar jalanan.
“Saya mendorong semua pihak untuk mengambil jalan dialog di antara saudara-saudara dari bangsa yang sama, dengan penuh menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum,” kata Fransiskus.
Kerusuhan, yang hingga minggu ini terkonsentrasi di selatan Peru, telah mendorong pemerintah untuk memperpanjang keadaan darurat ke enam wilayah, membatasi beberapa hak sipil.
Dalam kesempatan itu, Paus Fransiskus juga mengalihkan perhatiannya ke Kamerun, di mana dia mencatat perkembangan positif yang membawa harapan akan penyelesaian konflik di wilayah anglofon.
Francis juga menyerukan perdamaian dan saling memaafkan di Myanmar, di mana setidaknya tujuh warga sipil tewas minggu ini ketika pasukan bersenjata melancarkan serangan udara di sebuah desa di wilayah Sagaing tengah negara itu.
Myanmar dilanda pertempuran sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih pada Februari 2021. Gerakan perlawanan, beberapa di antaranya bersenjata, telah muncul di seluruh negeri, yang dilawan oleh militer dengan kekuatan mematikan.