Pasukan Wagner: Konflik dan Kejahatan yang Menggemparkan
Berita Baru, Jakarta – Wagner Group merupakan pasukan tentara bayaran, mereka pertama kali muncul pada tahun 2014 ketika mereka mendukung pasukan separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Mereka juga diketahui membantu Rusia dalam aneksasi Crimea pada tahun yang sama. Pasukan Wagner juga aktif di Afrika dan Timur Tengah.
Sebelum perang di Ukraina, diperkirakan mereka memiliki sekitar 5.000 pejuang, terutama veteran dari resimen elit dan pasukan khusus Rusia. Namun, jumlah mereka meningkat secara signifikan setelah itu. Yevgeny Prigozhin mengklaim memimpin 25.000 pasukan saat mengumumkan “march for justice” di Moskow.
Menurut laporan BBC, meskipun pasukan bayaran secara teknis ilegal di Rusia, Wagner terdaftar sebagai “perusahaan militer swasta” pada tahun 2022. Pada Januari 2023, Amerika Serikat menyatakan kelompok tersebut sebagai “organisasi kriminal lintas negara”.
Dalam konflik di Ukraina, pasukan Wagner terlibat dalam penaklukan kota Bakhmut di Ukraina timur. Pasukan Ukraina mengklaim bahwa para pejuang Wagner dikirim dalam serangan besar-besaran yang menyebabkan banyak korban jiwa.
Beberapa minggu sebelum invasi Rusia, Wagner diduga melakukan serangan “false flag” di Ukraina untuk memberikan alasan bagi Kremlin untuk melakukan invasi. Serangan semacam ini dilakukan oleh salah satu pihak yang kemudian disalahkan pada pihak lawannya.
Yevgeny Prigozhin mengklaim bahwa dia mendirikan kelompok Wagner pada tahun 2014. Sebagai seorang pengusaha kaya dan kriminal yang pernah dipenjara, dia dijuluki “koki Putin” karena ia menyediakan layanan katering untuk Kremlin. Dilaporkan bahwa mantan perwira militer Rusia, Dmitri Utkin, juga terlibat dalam kelompok tersebut.
Pada tanggal 23 Juni, Prigozhin mengklaim bahwa pejabat pertahanan Rusia telah membombardir pasukan Wagner di Ukraina. Sehari setelahnya, sekitar 5.000 pasukan Wagner merebut kontrol atas kota Rostov-on-Don di Rusia selatan dan mulai bergerak menuju Moskow dengan tujuan menggulingkan kepemimpinan militer.
Namun, Prigozhin menghentikan pemberontakan setelah melakukan negosiasi dengan Kremlin yang difasilitasi oleh Alexander Lukashenko. Pejuang Wagner diberitahu bahwa mereka dapat bergabung dengan tentara reguler Rusia atau pergi ke pengasingan di Belarus bersama Prigozhin.
Kini, yang menjadi pertanyaan adalah keberadaan Prigozhin sejak pemberontakan tersebut masih menjadi misteri. Pasukan Wagner juga terlibat dalam konflik di Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Mali.
Kelompok Wagner diketahui mendapatkan pendanaan sekitar 86,26 miliar rubel ($1 miliar) dari kementerian pertahanan dan anggaran negara antara Mei 2022 hingga Mei 2023 untuk membayar gaji para pejuangnya. Pemerintah akan melakukan investigasi terhadap penggunaan dana tersebut.
Pasukan Wagner juga telah dituduh melakukan kejahatan di Ukraina, Libya, Republik Afrika Tengah, dan lainnya, termasuk pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, dan perampokan terhadap warga sipil.
Kelompok ini telah menjadi sorotan dunia internasional dan terus menjadi isu yang membutuhkan perhatian lebih lanjut dari pihak berwenang.