Pasukan GNA dan Turki Kepung Markas LNA di Sirte
Berita Baru, Internasional – Pada hari Sabtu (18/7), Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) mengirimkan pasukannya bergerak lebih dekat ke Sirte untuk merebut wilyah itu dari LNA, di mana wilayah itu merupakan wilayah penting untuk akses ke sumber minyak utama Libya.
Mengutip Aljazeera, para saksi dan komandan militer GNA mengatakan, satu grup pasukan yang terdiri sekitar 200 kendaraan, bergerak ke arah timur dari Misrata di sepanjang pantai Mediterania menuju kota Tawergha, sekitar sepertiga dari perjalanan ke Sirte.
Baru-baru ini, GNA juga dilaporkan telah berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah yang dipegang oleh LNA di barat laut Libya.
Dengan dukungan dari PBB dan Turki, GNA mengatakan akan merebut kembali Sirte dan pangkalan udara LNA di Jufra.
Tetapi Mesir, yang mendukung LNA bersama Uni Emirat Arab (UEA) dan Rusia, telah mengancam akan mengirim pasukan ke Libya jika GNA dan pasukan Turki berusaha merebut Sirte.
LNA sendiri telah mengirim para pejuang dan senjata untuk meningkatkan pertahanannya di wilayah Sirte. Sebelumnya, wilayah itu sudah hancur akibat fase pertempuran dan kekacauan sebelumnya sejak pemberontakan penggulingan penguasa lama Muammar Gaddafi.
Ancaman terjadinya perang proksi sepertinya tidak terhindarkan karena baik GNA maupun LNA tidak mau melakukan negosiasi. Selain itu, pada 20 Juni, Amerika Serikat menuduh Rusia telah mengirim pesawat tempur dan tentara bayaran ke Jufra untuk mendukung LNA. Namun, Moskow dan LNA sama-sama menyangkal tuduhan itu.
Sementara itu, Sabtu (18/7), para pemimpin Perancis, Italia dan Jerman mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka ‘siap untuk mempertimbangkan’ sanksi terhadap kekuatan asing yang melanggar embargo senjata di Libya.
“Kami … mendesak semua aktor asing untuk mengakhiri campur tangan mereka yang meningkat dan untuk sepenuhnya menghormati embargo senjata yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB. Kami siap mempertimbangkan kemungkinan penggunaan sanksi jika pelanggaran terhadap embargo di laut, di darat atau di udara berlanjut.” kata pernyataan itu.
Selain negata-negara Uni Eropa, pada hari yang sama, perusahaan minyak utama Libya, National Oil Corporation (NOC) juga mendesak tentara asing untuk pergi dari fasilitas minyak di Libya.
Dalam sebuah pernyataan, NOC mengutuk penyebaran Wagner Group Rusia dan tentara bayaran Suriah dan Janjaweed di instalasi minyak Libya, yang terbaru di pelabuhan Es Sidra.
Lalu pada Minggu (19/7), NOC menuduh Arab Saudi menginstruksikan pasukan yang setia kepada Haftar mengganggu produksi dan ekspor minyak Libya.
Bagaimanapun, Libya pernah menjadi salah satu macan Afrika. Libya juga mempunyai cadangan minyak terbesar di Afrika. Libya dapat menghasilkan 1,2 juta barel minyak mentah per hari.
Namun, produksi minyak itu kini anjlok di bawah 100.000 barel per hari karena peperangan antara LNA dan GNA selama enam bulan terakhir.