Pasukan AS yang Cedera Otak akibat Serangan Rudal Iran Akan Mendapat Medali Purple Heart
Berita Baru, Internasional – Departemen Pertahanan AS mengatakan sejumlah pasukan AS yang terluka akibat serangan rudal Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) pada 08 Januari lalu di Irak akan menerima medali Purple Heart setelah proses peninjauan selesai.
Salah satu pejabat pertahanan AS mengkonfirmasi kepada Military Times bahwa sejumlah pasukan AS yang terluka oleh serangan IRGC di pangkalan udara Ayn al-Asad di Irak telah memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan medali tersebut.
Medali Purple Heart merupakan penghargaan AS yang diberikan kepada anggota militer yang terluka atau terbunuh dalam menjalankan tugas.
Penyerangan oleh IRGC terjadi selama “Operasi Martir Soleimani” yang merupakan respon terhadap pembunuhan Jenderak Qasem Soleimani dan beberapa pejabat pertahanan Irak oleh serangan udara AS di dekat Bandara Baghdad pada 3 Januari lalu.
“Pengajuan Purple Heart masih dalam peninjauan dan sedang diproses sesuai dengan ketentuan Departemen Pertahanan dan peraturan layanan militer,” ujar juru bicara Pentagon, Jessica Maxwell kepada Military Times.
“Setelah selesai, mereka yang berhak akan menerima Purple Heart akan diberitahu oleh pimimpinan mereka,” imbuhnya.
Sementara itu, juru bicara CNN, Barbara Starr, yang membocorkan cerita pada Selasa (27/4), mengatakan bahwa medali Purple Heart yang diajukan dalam sudah dalam tahap terakhir dan sedang dievaluasi oleh koalisi pimpinan AS di Irak.
Presiden AS: Bukan Cidera Serius
Starr mengatakan para pejabat pertahanan AS memberi tahunya bahwa penghargaan Purple Hearts ialah pokok bahasan yang sangat sensitif. Pasalnya, Presiden Donald Trump mengatakan pada Forum ekonomi dunia bahwa cedera otak yang traumatis (TBI) itu tidak dianggap sebagai sebagai cedera yang sangat serius dibandingkan dengan cedera lainnya, apabila dibandingkan dengan orang tanpa kaki dan tanpa lengan.
Trump juga mengklaim bahwa dia tidak percaya laporan tentang “sakit kepala dan beberapa hal lainnya” adalah bahwa penyakit serius pada saat itu.
Sampai sekarang, setidaknya terdapat 110 tentara telah didiagnosis cedera otak traumatis ringan sejak serangan 8 januari. Namun, angka ini baru keluar setelah beberapa waktu kemudian, karena orang yang terluka terus bertambah selama beberapa minggu pasca serangan.
Penundaan laporan itu memicu skeptisisme tentang transparansi militer AS dan hasutan dari Brigadir Jenderal IRGC, Ramezan Sharif, yang mengatakan Washington menggunakan cedera otak dari serangan terhadap Ayn al-Asad hanya sebagai metafora atas kematian pasukan AS.
Namun, Sebelum jumlah 110 korban yang luka diumumkan, Presiden AS mendapatkan kecaman signifikan dari para anggota dinas, veteran, dan organisasi veteran. seperti yang dikatanan para veteran perang asing, yang menuntut Trump untuk meminta maaf kepada pasukan AS karena pernyataannya yang salah.
“TBI adalah cedera serius dan salah satu yang tidak dapat dianggap enteng. TBI dikenal sebagai penyebab depresi, kehilangan ingatan, sakit kepala yang parah, pusing dan kelelahan. Yang semua itu adalah cedera jangka pendek maupun panjang, ” ujarnya pada 24 januari.
Namun, permintaan itu tidak pernah dipenuhi oleh panglima tertinggi.
Sumber | Sputnik News |