Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa Distrik Perumahan Terasering Tepi Sungai Pothong dalam foto tak bertanggal yang dirilis pada 3 April 2022. Foto: KCNA.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa Distrik Perumahan Terasering Tepi Sungai Pothong dalam foto tak bertanggal yang dirilis pada 3 April 2022. Foto: KCNA.

Pasca Kasus Axie Infinity, PBB Soroti Peningkatan Kejahatan Siber Korea Utara



Berita Baru, Washington – Koordinator Badan Pemantauan Penegakan Sanksi PBB untuk Korea Utara mengatakan bahwa perlu adanya peningkatan pengamatan terhadap kejahatan dunia maya yang dilakukan Korea Utara lantaran hal tersebut menjadi ‘bensin’ bagi Korea Utara untuk meningkatkan program senjatanya.

Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Panel Ahli Dewan Keamanan PBB untuk Korea Utara, Eric Penton-Voak pada Rabu (20/4), mencatat bahwa Kora Utara selama enam bulan terakhir meningkatkan program senjata terlarangnya, berbarengan dengan meningkatnya kejahatan dunia maya Korea Utara.

“Mungkin bukan kebetulan bahwa kata-kata siber dan mata uang kripto tidak benar-benar muncul dalam resolusi sanksi PBB,” katanya dalam diskusi yang diselenggarakan oleh lembaga pemikir Center for A New American Security (CNAS) secara Live Streaming di Twitter.

Penton-Voak mengatakan dia yakin aktivitas dunia maya Korea Utara menjadi “benar-benar mendasar” bagi kemampuan Korea Utara untuk menghindari sanksi PBB guna mengumpulkan uang untuk program nuklir dan misilnya.

Namun, laporan dua tahunan dari panel ahli tidak mencerminkan hal ini karena negara-negara anggota PBB enggan untuk melaporkan pelanggaran.

“Kami mengandalkan negara-negara anggota PBB untuk memberi tahu kami tentang pelanggaran untuk diselidiki. Tetapi banyak, banyak negara anggota yang cukup berhati-hati dengan kemampuan siber mereka sendiri,” katanya.

“Korban pada bagian mereka sering sangat enggan untuk membahas bagaimana peretasan terjadi dan seberapa luas mereka … Saya berharap dan berharap bahwa laporan kami di masa depan akan lebih mencerminkan pentingnya pusat kejahatan keuangan yang diaktifkan dunia maya untuk (Korea Utara),” imbuhnya.

Penton-Voak mengatakan hacker Korea Utara berada di ujung tombak teknologi siber, seperti yang ditunjukkan oleh kasus peretasan video game Axie Infinity baru-baru ini hingga membuat uang triliyunan lenyap.

Amerika Serikat dengan FBI-nya, pekan lalu mengaitkan peretas Korea Utara dengan pencurian cryptocurrency yang terkait dengan Axie Infinity. Baca: FBI Tuduh Hacker Korea Utara Dalang Pencurian Jutaan Uang Kripto Axie Infinity.

Ronin, jaringan blockchain yang memungkinkan pengguna mentransfer crypto masuk dan keluar dari permainan, mengatakan uang digital senilai hampir $615 juta atau sekitar Rp. 8,9 triliyun telah dicuri pada 23 Maret.

Sebuah posting di blog resmi Ronin mengatakan FBI telah mengaitkan peretasan itu dengan Lazarus Group, entitas peretasan yang menurut Washington dikendalikan oleh Biro Umum Pengintaian, Biro intelijen utama Korea Utara.

Lazarus Group juga dituduh FBI terlibat dalam serangan ransomware “WannaCry”, peretasan bank internasional dan rekening pelanggan, dan serangan cyber 2014 di Sony Pictures Entertainment.

Washington telah mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memasukkan Lazarus ke daftar hitam dan membekukan asetnya, menurut rancangan resolusi yang ditinjau oleh Reuters pekan lalu.