Para Ahli Norwegia: Perdagangan Satwa Liar Cina Membahayakan Kesehatan Global
Cina Membahayakan Dunia
Sollund juga memberanikan diri mengatakan bahwa Cina “membahayakan kesehatan seluruh dunia” dengan alasana Cina telah melakukan “eksploitasi hewan yang berbahaya.”
Sementara itu, Nævra memberikan gambaran penyelesaian global perihal perdagangan satwa liar.
“Komunitas internasional akan mendorong penyelesaian masalah ini setelah krisis korona. Mungkin, PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memimpin dan akhirnya memberlakukan larangan perdagangan satwa liar,” katanya.
Sollund menekankan bahwa semua negara harus bergabung dalam larangan tersebut.
“Lebih mudah untuk memberlakukan larangan total secara bersama-sama daripada secara parsial. Ini karena masalah pasar paralel legal dan ilegal, di mana produk ilegal dan hewan dapat pindah ke pasar legal,” Sollund menjelaskan.
Kedutaan Besar Cina mengakui bahwa satwa liar memainkan peran penting dalam pengobatan tradisional Cina, namun sebagian besar bahan-bahan ini (87 persen) berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya 12 persen yang berasal dari hewan.
Juga ditekankan bahwa melalui undang-undang dan pemantauan yang ketat, Cina berhasil melestarikan satwa liar dan pada saat yang sama berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. Ini juga menekankan peran Cina dalam melindungi spesies yang terancam punah, seperti panda raksasa, gajah Asia, kijang Tibet, dan bangau berjambul (Nipponia nippon).
Menurut Jurnal Science, perdagangan mamalia liar kebanyakan dilakukan di Asia Tenggara dan sebagian Afrika. Sementara menurut kriminolog Belanda Daan van Uhm, perdagangan legal global satwa liar bernilai sekitar EUR86 miliar (USD93 miliar) per tahun.
Nilai perdagangan ilegal lebih sulit untuk diketahui, tetapi Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora memperkiran nilai perdagangan illegal satwa liar mencapai USD7 miliar hingga USD23 miliar per tahun.
Sejauh ini, pandemi COVID-19, yang berasal dari kota Cina Wuhan, telah menginfeksi lebih dari 1.270.000 orang di seluruh dunia, dan setidaknya mengakibatkan 69.450 kematian.
Sementara itu, trenggiling dan kelelawar sebelumnya disebut sebagai sumber dari virus korona, masih belum dikonfirmasi secara meyakinkan sampai sekarang.
Sumber | Sputnik News |