Para Ahli Norwegia: Perdagangan Satwa Liar Cina Membahayakan Kesehatan Global
Berita Baru, Internasional – Virus korona atau COVID-19 yang diklaim pertama kali muncul di pasar hewan Wuhan Cina kini telah menginfeksi lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia. Sebagai akibat dari COVID-19, pemerintah Cina mengeluarkan larangan perdagangan satwa liar untuk dimakan. Larangan ini muncul karena virus korona diklaim berasal dari hewan liar yang dimakan hidup-hidup.
Wildlife Conservation Society mengatakan bahwa larangan jual-beli hewan di Cina itu berlaku untuk hewan yang ditangkap dan dibesarkan. Namun ada beberapa pengecualian utama, yaitu: hewan liar yang berbulu, hewan peliharaan, dan hewan untuk tujuan medis.
Peraturan ini telah memicu kritik dari para profesional, Ragnhild Sollund, pakar kriminologi dari Universitas Oslo, yang telah meneliti perdagangan satwa liar, menyebut larangan dari Cina tersebut sebagai “kosmetik.”
“Saya tidak berpikir virus korona ini menyebabkan Cina atau orang Asia lainnya menghentikan praktik penggunaan hewan liar untuk makanan, pakaian, dan obat-obatan,” ujar Sollund kepada surat kabar nasional Norwegia NRK.
Karena itu, Sollund dengan berani mengatakan bahwa saat ini masih memungkinkan akan ada penyebaran virus menular baru.
Sementara itu, Arne Nævra, ahli biologi, fotografer alam, pembuat film, dan anggota parlemen dari Partai Kiri Sosialis juga mengomentari larangan itu, dengan mengatakan “Itu tidak cukup jauh.”
Menurut Nævra, ada tiga alasan untuk menghentikan praktik ini, “alasan kesejahteraan hewan, mencegah penularan infeksi, dan menghentikan perdagangan pada hewan yang hampir punah.”
Nævra dan Sollund percaya pemerintah Norwegia harus bertindak lebih tegas dalam masalah ini.
“Norwegia harus memberi tahu Cina bahwa dengan melanjutkan kegiatan ini, mereka menempatkan spesies [hewan] dalam risiko kepunahan dan mereka juga tidak boleh membiarkan impor barang-barang seperti itu tanpa hambatan,” ujar Sollund.