Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Harga Minyak
(Foto: Reuters)

Pandemi Covid-19 Sebabkan Perang Harga Minyak Dunia



Berita Baru, Internasional – Di tengah krisis ekonomi global akibat virus Corona atau COVID-19 telah membuat harga minyak berjangka (oil futures) jatuh. Tak hanya itu, OPEC+ juga mengalami kegagalan dalam mencapai kesepakatan tentang kemungkinan pengurangan atau pembatasan produksi minyak

Pada hari Selasa (17/3), perdagangan keranjang OPEC menunjukkan angka $30,63. Angka itu turun lebih dari 40 persen sejak awal Maret, dan turun 55 persen sejak Januari.

Perang harga minyak dapat menyebabkan fasilitas penyimpanan minyak, baik di darat maupun di lepas pantai, kehabisan kapasitas cadangan dalam enam bulan ke depan. Hal ini disebabkan oleh harga yang rendah, aktivitas ekonomi yang menurun dan sengketa Saudi-Rusia mengenai pengurangan atau pembatasan produksi minyak.

Financial Times melaporkan, banyak perusahaan energi mengatakan bahwa langkah raksasa industri minyak di seluruh dunia untuk mengurangi atau menghentikan produksi dan mengunci kemungkinan, akan menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam permintaan minyak, yang mana kemarin telah mengalami penurunan terburuk sejak harga 1991 Gulf War merosot pekan lalu.

Sementara itu, para spekulan yang mencoba peruntungan dengan membeli minyak sekarang untuk menjualnya nanti saat harga stabil, akan mengalami kesulitan dalam hal menemukan kapasitas penyimpanan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan mendatang.

“Sesuatu harus diberikan,” ujar Torbjorn Tornqvist selaku CEO raksasa perdagangan komoditas yang berbasis di Gunvor kepada Financial Times.

“Dunia memproduksi terlalu banyak minyak,” imbuhnya

Menurut Gunvor adalah bahwa selama bulan berikutnya, permintaan minyak global bisa mengalami penurunan lagi sebesar 5 persen. Lalu pada saat yang sama, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Rusia malah semakin meningkatkan produksi minyak mereka dengan gencar.

Sebelumnya, dua sheikdom Arab berjanji untuk meningkatkan produksi sekitar satu juta barel per hari (bpd) untuk masing-masing sheikdom. Sementara Rusia dilaporkan berencana untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 200-300 ribu barel per hari dalam waktu dekat, dan sebanyak 500.000 barel per hari dalam jangka menengah.

Vopak, sebuah perusahaan penyimpanan minyak multinasional Belanda yang besar, telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima semakin banyak pertanyaan mengenai penyimpanan minyak mentah.

Sementara itu, Giovanni Serio selaku kepala analisis di Vitol dan seorang pedagang komoditas Belanda, mengatakan bahwa para pedagang mungkin dapat segera menggunakan kapal tanker minyak di laut sebagai solusi. Namun opsi dari solusi itu lebih mahal dan berisiko. Belum lagi diperumit oleh upaya Saudi baru-baru ini yang untuk menyewa lebih banyak kapal tanker minyak milik kerajaan Arab ke pasar global.

“Kombinasi dari melemahnya permintaan dan kelebihan pasokan hampir tidak akan diakomodasi oleh penyimpanan di darat. Pada titik tertentu … kita perlu mengisi semua kapal,” ujar Serio.

Bahkan itu bukan solusi permanen, imbuhnya. “Kami belum memikirkan ke sana tetapi kami tidak akan lagi memiliki ruang di darat dan akan sulit untuk menemukan penyimpanan di atas laut. Karena itu, harganya [minyak] harus turun. Hal ini akan membuat produsen minyak untuk memotong jumlah produksinya.”

Kayrros, sebuah perusahaan analitik minyak dan gas yang berbasis di Paris juga memperkirakan bahwa tangki darat di dunia dapat terisi penuh dalam waktu enam bulan, dengan 61 persen kapasitas sudah terisi.

Beberapa negara, termasuk produsen minyak dan importir minyak bersih, telah mengambil keuntungan dari pemotongan harga. Misalnya pihak Amerika Serikat yang membatalkan rencana untuk menjual bagian-bagian dari Strategic Oil Reserve (Cadangan Minyak Strategis) dan mengisinya “hingga penuh.”

Mengutip Financial Times, jumlah minyak yang begitu melimpah sebelumnya, yakni pada tahun 2014-2016, membantu para pedagang besar menghasilkan keuntungan senilai miliaran dolar, dan mereka berharap hal yang sama terjadi kali ini.


SumberSputnik News