Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Palestina Putuskan Hubungan dengan AS dan Israel
(Foto : The Guardian)

Palestina Putuskan Hubungan dengan AS dan Israel



Berita Baru, Internasional – Setelah menolak rencana perdamaian Timur Tengah yang disampaikan Donald Trump, otoritas Palestina memilih untuk memutuskan semua hubungan dengan AS dan Israel, seperti yang disampaikan Mahmoud Abbas, Presiden Palestina pada hari sabtu (1/2).

“Kami telah memberi tahu pihak Israel bahwa tidak akan ada hubungan sama sekali dengan mereka dan Amerika Serikat termasuk ikatan keamanan,” Abbas mengatakan pada pertemuan darurat satu hari di Kairo untuk membahas rencana Trump.

Sebagaimana dilansir dari The Guardian, Minggu (2/2), pasukan keamanan Israel dan Otoritas Palestina telah lama bekerja sama di bidang keamanan Tepi Barat yang berada di bawah kendali Palestina. Otoritas Palestina juga memiliki perjanjian kerja sama intelijen dengan CIA, yang berlanjut bahkan setelah Palestina mulai memboikot upaya perdamaian Trump pada 2017.

Abbas mengatakan dia menolak mendiskusikan rencana dan berbagai negosiasi dengan Trump melalui telepon.

“Trump meminta saya berbicara dengannya melalui telepon tetapi saya berkata ‘tidak’, dan dia ingin mengirim saya surat tetapi saya menolaknya,” katanya.

Abbas tidak ingin memberi kesempatan kepada Trump untuk berkonsultasi, dia mengulangi penolakannya dengan tegas yang disampaikan pada hari Selasa.

“Saya tidak akan mencatatnya dalam sejarah saya bahwa saya menjual Yerusalem,” kata Abbas dalam pidatonya di Liga Arab.

Pertemuan para menteri luar negeri saat Liga Arab di Kairo tidak memenuhi aspirasi minimum warga Palestina, dan Liga tidak akan bekerja sama dengan AS dalam mengimplementasikannya.

Para menteri menegaskan hak-hak Palestina untuk menciptakan negara berdasarkan tanah yang direbut dan diduduki oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukota, kata komunike terakhir.

Para menteri luar negeri dari Mesir, Arab Saudi dan Yordania, serta Irak, Lebanon, dan lainnya, mengatakan tidak mungkin ada perdamaian tanpa mengakui hak-hak Palestina untuk mendirikan negara dalam wilayah pra-1967.