Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pakar Politik AS Sebut Demokrasi Indonesia Mencapai Titik 'Menggembirakan'

Pakar Politik AS Sebut Demokrasi Indonesia Mencapai Titik ‘Menggembirakan’



Berita Baru, Jakarta – Ahli Politik Islam dari Universitas Wisconsin-Madison Amerika Serikat, Dr. Eunsook Jung menyebutkan bahwa demokrasi di Indonesia sudah mencapai titik yang menggembirakan, meskipun masih terlihat beberapa kelemahan. Sejatinya memang tidak pernah ada demokrasi di dunia ini yang sempurna, termasuk Indonesia.

“Indonesia dalam hal demokrasi sudah mencapai titik yang menggembirakan sejak akhir 1990-an, terutama setelah tahun 1998.  Indonesia secara terus-menerus dapat mengatasi berbagai masalah konflik agama, suku, dan kedaerahan. Bahkan lebih sukses dibandingkan negara lain,” kata Jung.

Hal itu disampaikan saat Jung memberikan pemaparan di acara diskusi publik bertajuk ‘Is Islam Compatible With Democracy’ yang digelar oleh Universitas Paramadina, dan dihadiri oleh sejumlah akademisi kampus, Minggu (20/11).

Menurut Jung, keadaan multi etnik di dalam demokrasi tidak mudah dikelola, bahkan bisa dikatakan sulit untuk menjaganya. Hal ini terjadi seperti  di Indonesia dengan banyak faktor yang menjadi tantangannya secara  terus-menerus.

“Membangun demokrasi tidak cukup dengan hanya pemilihan umum atau election,” terangnya.

Terkait Islam dan demokrasi, Jung berpendapat bahwa Islam masih sesuai dengan sistem demokrasi yang berjalan, khususnya di Indonesia. Menurutnya demokrasi bisa diciptakan di mana pun.

“Apakah Islam selaras dengan demokrasi?  Jawabnya, Indonesia sendiri sudah masuk ke dalam demokrasi, sistem demokrasinya sudah berjalan, dan terus mengembangkan demokrasi,” tuturnya.

Bagi Jung, Indonesia telah menjalankan konsep demokrasi dengan baik, yaitu dengan menerapkan kebebasan untuk memilih warna politik dan menjalankan tradisi keagamaan.

“Setiap agama dan tradisi keberagamaan berhak untuk menjalankan tradisi nya meskipun mereka berbeda dengan tradisi agama mayoritas. Saling toleransi dan kesabaran setiap lembaga keagamaan akan sangat dibutuhkan untuk mempertahankan demokrasi tetap ada,” katanya.

Pada kesempatan itu, Jung juga memaparkan terkait kemunduran demokrasi. Saat ini, menurutnya, dunia sedang dilanda kemunduran demokrasi atau democratic regression, democratic backsliding. 

“Keadaan ini juga terjadi di banyak negara sejak tahun 2006.  Indonesia tidak harus kecewa dengan keadaan ini karena banyak negara keadaan ini terjadi.  Bahkan juga terjadi pada masa Trump di USA,” tuturnya.

Jung menjelaskan, kemunduran demokrasi terjadi karena pelemahan lembaga-lembaga demokrasi oleh aktor-aktor yang terpilih dari demokrasi itu sendiri.  Akibatnya demokrasi mengalami penurunan drastis,

Yang terjadi selanjutnya adalah demokrasi secara gradual mundur, mengalami erosi.  Kemunduran di  alam demokrasi, yang tidak hanya terjadi di Indonesia saja.  

“Kenapa ini terjadi? Banyak faktor yang menyebabkannya, tetapi aktor internal yang terpilih dari proses demokrasi tersebut (elected figure) melakukan tindakan pelemahan lembaga-lembaga demokrasi.  Ini salah satu yang menyebabkannya,” kata Jung.

Selanjutnya Jung mengatakan, terkait hubungan agama dengan politik. Di dalam agama, lanjutnya, ada beragam beragam figure yang toleran maupun yang tidak dan semuanya berpengaruh terhadap demokrasi. 

“Paramadina adalah model universitas meskipun kecil tapi impactful. Di dalamnya ada berbagai kelompok yang saling toleran satu sama lain. Aktor di dalamnya punya pengaruh yang kuat terhadap lingkungan sosial politik,” katanya.

Jadi ke depan, sambung Jung, untuk mengatasi backsliding democracy, politisi terpilih (elected person) tidak boleh melakukan tindakan atau keputusan yang membatasi atau mengekang kebebasan sipil, dan tidak boleh melakukan pelemahan lembaga-lembaga demokrasi.

Yang menjadi pelajaran untuk mengatasi masalah backsliding demokrasi tersebut adalah bagaimana political institution tidak boleh melakukan tindakan intoleransi.

“Hal itu tidak boleh diberlakukan untuk dan dituduhkan saja kepada kelompok masyarakat yang dianggap intoleran, sementara negara dan lembaga-lembaga politiknya melakukan tindakan intoleran yang melemahkan demokrasi,” tegas Jung.

Kesimpulan utama dalam diskusi ini bahwa Indonesia telah menjalankan konsep demokrasi dengan baik, meskipun tidak ada demokrasi yang sempurna. Namun yang penting Indonesia telah menerapkan kebebasan untuk memilih warna politik dan menjalankan tradisi keagamaan. Setiap agama dan tradisi keberagamaan berhak untuk menjalankan tradisi nya meskipun mereka berbeda dengan tradisi agama mayoritas. Saling toleransi dan kesabaran setiap lembaga keagamaan akan sangat dibutuhkan untuk mempertahankan demokrasi tetap ada.

Sejauh ini, ada fenomena backsliding democracy, democrtic regression, yang terjadi di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.