Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pakar Kesehatan: Indonesia Gagal dalam Menangani Pandemi Covid-19
(Foto: Achmad Ibrahim/AP)

Pakar Kesehatan: Indonesia Gagal dalam Menangani Pandemi Covid-19



Berita Baru, Internasional – Indonesia, negara paling parah terdampak Coronavirus di Asia Tenggara dinyatakan gagal oleh para pakar dalam menangani wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dilansir dari The Guardian, Senin (13/7).

Upaya-upaya pengendalian penyebaran virus di Indonesia terhambat oleh kurangnya pengujian, komunikasi yang buruk dari pemerintah dan promosi penyembuhan palsu, seperti peringatan para pakar kesehatan.

Sejauh ini, Indonesia telah mencatat lebih dari 74.000 kasus dan 3.535 kematian akibat virus. Angka ini merupakan perkiraan yang paling rendah. Sementara tingkat pengujian telah membaik, Indonesia masih berada di antara negara terendah di dunia dalam pengujiannya.

Jakarta dan Jawa Timur adalah daerah yang terkena dampak terburuk di Indonesia, dan wabah telah menyebar di seluruh negeri. Sebagai negara terpadat keempat di dunia, hal ini mendorong seruan adanya pengawasan kesehatan masyarakat yang lebih kuat.

Penularan akan terus meningkat kecuali masyarakat didesak untuk mengikuti rekomendasi jarak fisik, kata Prof Pandu Riono, pakar penyakit menular di Universitas Indonesia. “Tidak ada komunikasi perubahan perilaku serius yang dilakukan oleh pemerintah,” katanya.

Komentarnya tersebut sekaligus kritik terhadap Syahrul Yasin Limpo, menteri pertanian yang memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa kementeriannya telah mengembangkan kalung kayu putih yang membantu mencegah Covid-19 – klaim yang ditolak oleh para pakar penyakit.

Presiden Indonesia, Joko Widodo, telah memperingatkan “lampu merah” setelah terdapat peningkatan kasus pada minggu lalu. Ia mengatakan bahwa penularan akan meningkat lebih lanjut jika masyarakat tidak bekerja sama dengan langkah-langkah pencegahan.

Sementara itu, pembatasan sosial untuk penyebaran semakin mereda dan menurun di negara ini. Bali telah membuka pintu untuk wisatawan domestik dan berencana untuk membuka bagi wisatawan internasional pada bulan September. Dr I Gusti Agung Ngurah Anom, ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Denpasar, ibukota Bali, mengatakan kekhawatirannya terhadap peningkatan jumlh penularan, padahal 472 tempat tidur isolasi kota telah terisi penuh. “Jumlah kasus telah melonjak, tetapi kami belum tahu kapan akan memuncak,” katanya. Sejauh ini, lebih dari 2.000 kasus telah dicatat.

Staf medis telah bekerja keras dengan tidak melepaskan pakaian pelindung mereka sama sekali selama delapan jam shift bekerja karena mereka khawatir akan tertular virus, kata Ngurah: “Kami hampir tidak punya waktu untuk minum atau kencing, beberapa bahkan memakai Pampers (popok).”

Dalam beberapa kasus,  pasien berbohong bahwa telah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi, hal ini mempersulit staf kesehatan untuk menentukan risiko penularan.

“Kami berharap bahwa pemerintah melakukan lebih banyak pengujian, pengujian, dan pengujian, sehingga kami dapat melacak kasus-kasus ini,” tambah Ngurah.

Pandu menyerukan agar penggunaan tes reaksi berantai polimerase diperbanyak menjadi tiga kali lipat, dan penggunaan tes antibodi – yang dapat mendeteksi apakah seseorang terjangkit virus atau tidak. Dia memperkirakan bahwa tanpa intervensi yang lebih kuat, wabah akan terus tumbuh setidaknya hingga September, dan bahwa Indonesia dapat mencatat hingga 4.000 kasus baru sehari.

Upaya pengendalian virus di Indonesia semakin sulit karena adanya stigma terhadap orang-orang yang didiagnosis positif. Mereka khawatir akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan. Pada bulan Juni, ratusan pedagang di pasar tradisional di Bali, Sumatra dan Jakarta menolak untuk diuji.

Tidak hanya itu, beberapa anggota keluarga di Indonesia memaksa memandikan jenazah yang meninggal akibat Covid-19. Hal ini juga menimbulkan tantangan dalam pengendalian penyakit. Dalam satu insiden di sebuah rumah sakit di pulau Sulawesi, lebih dari 100 orang masuk ke bangsal, mengancam staf, dan membawa mayat seorang pengkhotbah Islam sehingga ia dapat dikuburkan.

Dalam sebuah kejadian, kata Arief Bakhtiar, seorang dokter spesialis paru-paru di Surabaya, ia mengatakan: “Ada satu kasus yang saya alami ketika seorang wanita meninggal karena virus corona, tetapi semua anak tidak bisa menerimanya,” kata Arief. Mereka melanjutkan dengan pemakaman keagamaan, ia menambahkan. “Setelah dua minggu, saya mendengar dua anggota keluarga mereka meninggal, diduga dari Covid-19.”

Menurut situs web statistik real-time Worldometer, Indonesia melakukan 3.797 tes per 1 juta orang. laporan terakhir tentang Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah untuk memprioritaskan tes kepada pasien yang diduga memiliki virus, bukan orang yang sedang dalam pemulihan diri. Sebagaimana diketahui, jumlah kematian pada kelompok ini sangat tinggi.

Di Surabaya, Dr Brahmana Askandar, ketua Perhimpunan Dokter Indonesia di kota itu mengatakan, pemerintah daerah telah meningkatkan kesadaran akan perlunya menghindari keramaian dan mengenakan masker. “Kita bisa melihat beberapa hal membaik dalam dua minggu terakhir,” katanya.

“Ini seperti Anda sedang berlari tetapi tidak tahu kapan balapan akan selesai,” katanya, tetapi ia menambahkan bahwa perilaku publik pada akhirnya akan menentukan masa depan wabah.