Oretan Desember Luka | Puisi Erliyana Muhsi
Oretan Desember Luka
(Puisi : Erliyana Muhsi)
Kepada Para Nelayan
Bagimu tak ada yang namanya harta
jika angin tak kau setubuhi di tengah luasnya laut malam
bagimu tak dapat memberi nafkah
kala ombak membuaimu dengan permusuhan.
kau balut senja dengan kepastian
lalu, membalut malam dengan keberanian
dan membenamkan pagi dengan pangkuan keranjang
berisi ikan.
Dalam hamparan samudera ada harapan dan kematian
tapi, kau titip paksa rasa takut
pada pohon-pohon yang memberimu berkat
di setiap simpang jalan
demi seulas senyum pada kelopak bibir anak dan istrimu
dalam pangkuan nasib kemiskinan.
Sementara dalam botol cintamu
ada banyak cerita yang kau tanggalkan, pada
setiap bait malam
yang sengaja kau tukar
dengan bibir para insan
yang akan mendekapmu pada pergunjingan
Hukum alam telah menjadikanmu tersangka
sebagai manusia pencari ikan
yang terikrar dengan nama “nelayan”
Annuqayah_Lubangsa, 31 Desember 2018
Oretan Desember Luka
Pada setiap inci cakrawala
ku kabarkan perihal luka yang melebihi
langit meneteskan air mata.
Aku bangkit dari beribu macam
lamunan fana, mencoba merangkai kembali apa itu nyata
dan kembali ku pakai yang namanya membaca jiwa
Kini meratapi dari setiap isi daripada cinta
yang menghunusku melebihi tajamnya belati
mencambukku melebihi kerasnya besi
membuatku terkapar
disetubuhi sepi.
Ku ikrarkan pada setiap serangga
yang punya rasa tanpa otak
keraplah kalian berkasih
sebelum takdir menjatuhkan otak berisi
Annuqayah_Lubangsa, Desember 2018
Susunan Kayu
;Pembajak tanah
Hatimu adalah muara juang tak kenal lelah
ditepisnya ciuman matahari,
lebih memilih berkasih dengan desiran angin
Tanah padat, tanah cair kau bolak balik
dengan nanggele kayu
yang ditarik oleh dua sapi.
Matahari begitu kejam memaksa kulitmu
hitam, dan menjejalkan bersama keringat sakral aroma
Para ibu berkirab
memangku nasi di atas kepala
hendak mengenyangkan perutmu
agar tidak diendus rasa lapar.
Menunggu sampai selesai
menjejerkan biji jagung dan kacang,
supaya panen nanti
kau bisa bawa pulang bekal untuk masa depan
Annuqayah_Lubangsa, Desember 2018
Puisimu Menari
Kau raba sekujur tubuhku
Dengan buah bibirmu
Manis
Liurmu rata di kulitku
Licin.
Serangga jatuh tak tangguh
Perekat kakinya.
Lapisan putih mengurungku
Melarang
Beranjak dari dadamu
Terlena dengan keadaan
Kau dekap aku
Lewat ciuman
Manja kulakukan
Kasih cinta kudapatkan
Semakin membuai
Kau,
Tubuhku.
Aku nyaman
Dengan jilatan
lidah puisimu
Annuqayah_Lubangsa, 12 November 2018
Erliyana Muhsi,
Santri Annuqayah
Sekarang aktif di Lembaga FRASA dan Lembaga Pers Mahasiswa LPM DINAMIKA INSTIKA.