Olimpiade Beijing Silaturahmi di tengah Pandemi
Veronika S. Saraswati
China Study Unit Convenor at CSIS Indonesia
Aktifitas olahraga sebenarnya memiliki makna yang sama seperti nilai dasar dalam kehidupan manusia. Aturan dalam olahraga mengajarkan kebiasaan disiplin, membangun jiwa sportif yang berarti jiwa besar dalam menerima kekalahan dalam pertandingan, berjuang untuk tidak mudah menyerah, membangun kerjasama dalam tim dan memeluk jiwa kompetisi tinggi.
Pada tanggal 4 Februari sampai 20 Februari 2022 di Beijing berlangsung pesta olahraga musim dingin terbesar dunia. Olimpiade Musim Dingin kali ini berlangsung di tengah muramnya wajah dunia akibat bencana pandemic Covid 19 yang belum usai, problem ekonomi dan konflik dalam politik internasional yang mengikuti pandemic.
Dukungan seluruh masyarakat baik dalam negeri Tiongkok dan internasional sangat diperlukan bukan saja demi semata-mata penyelenggaraan secara teknis namun makna yang lebih luhur adalah mempererat persahabatan serta membangun solidaritas dan kerjasama internasional dalam mengatasi masalah pandemic.
Beragam restriksi dalam perjalanan antar-negara sebagai upaya pencegahan dalam penyebaran pandemic sudah berjalan selama dua tahun sejak pandemic berlangsung. Restriksi ini tentu saja cukup menghambat hubungan ekonomi dan social antar-negara.
Namun nyala api Olimpiade Musim Dingin Beijing ini menghangatkan kembali persahabatan antar-bangsa di tengah suramnya pandemic.
Selama enam belas hari para atlet dari beragam negara bangsa dengan mengabaikan latar belakang suku, agama, ras dan ideologi politik akan berjuang gigih secara sportif di lapangan untuk memperebutkan medali kemenangan. Fair play atau sportif menjadi kata kunci penting.
Setelah bertanding di medan laga dan ternyata lawannya berhasil memenangkan pertandingan, kita harus mengakuinya secara objektif. Semangat mulia fair play yang terkandung dalam pertandingan olahraga semestinya juga diaktualisasikan dan diterapkan dalam konteks hubungan ekonomi, politik dan social dalam multilateralisme dan regionalism.
Sportifitas yang menjadi mental utama para atlet dalam pertandingan olahraga mengandung makna menghargai kemampuan lawan yang lebih unggul. Maka semangat sportif juga mengandaikan ada persahabatan di dalamnya, sebab semangat yang dibangun bukan untuk saling menjatuhkan.
Pesta Olimpiade hanya menjadi lebih hidup setelah satu abad karena pesta ini telah menyebarkan nilai-nilai universal dan cita-cita umum manusia seperti ‘perdamaian dunia, persahabatan, persatuan, dan kemajuan bersama’.
Pesta Olimpiade telah berkembang hingga hari ini, dan konotasinya telah jauh melampaui ruang lingkup kompetitif dalam olahraga, yaitu mencakup semua aspirasi dan emosi indah manusia dengan pikiran yang luas, dan membangun rumah spiritual bersama bagi semua manusia.
Dalam pesta ini pula, kita menyaksikan peleburan semangat nasionalisme dan internasionalisme, para atlet yang berasal dari beragama negara saling berjabat tangan membangun persahabatan. Dalam konteks yang lebih luas selayaknya kita memaknai pesta ini sebagai upaya luhur membangun perdamaian dunia.
Sejarah olimpiade yang sudah berusia satu abad dipenuhi dengan kesulitan dan pasang surut, tetapi tujuan yang dikejarnya dan semangat yang disampaikannya kepada dunia tidak pernah berubah. Dewasa ini, manusia dihadapkan pada makin banyak kesulitan dan tantangan dalam kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Nyala api semangat Olimpiade Beijing semestinya memberi semangat untuk membantu manusia bersama-sama mencari jawaban dari common problem. Semangat olimpiade memiliki arti khusus, yang jelas adalah isi semangat dalam olimpiade adalah “saling pengertian, persahabatan yang langgeng, solidaritas dan persaingan yang sehat”.
Prinsip partisipasi adalah prinsip pertama dari semangat Olimpiade Beijing. Justru semestinya semangat dan prinsip inipun harus diwujudkan dalam konteks strategi multilateralisme dan regionalism dalam membangun perdamaian dunia dan keadilan sosial.
Prinsip dalam penyelenggaraan Olimpiade Beijing ‘partisipasi dari seluruh negara jauh lebih penting daripada kemenangan’ merupakan refleksi mendalam dari merawat hubungan humanistic dalam konteks hubungan internasional.
Mempererat persahabatan antar-negara menjadi kata kunci penting dalam membangun peradaban dunia, sebab konflik ‘unfair play’ ekonomi dan politik dalam bentuk apapun hanya membawa kehancuran peradaban bumi manusia.