Nyaris Tidak Pernah Muncul Selama Satu Dekade, Putra Muammar Gaddafi Tiba-tiba Mencalonkan Diri Sebagai Presiden Libya
Berita Baru, Tripoli – Nyaris tidak pernah muncul selama satu dekade, putra Muammar Gaddafi mencalonkan diri sebagai presiden Libya yang akan berlangsung pada 24 Desember mendatang sebagai upaya untuk membantu mengakhiri tahun-tahun kekacauan sejak ayahnya digulingkan.
Nama putra mendiang penguasa Libya itu adalah Saif al-Islam al-Gaddafi (49 tahun). Pada saat melakukan penandatanganan dokumen-dokumen di pusat pemilihan di kota selatan Sebha pada hari Minggu (14/11), ia terlihat mengenakan jubah dan sorban cokelat tradisional, demikian seperti dilaporkan kantor berita Reuters, Minggu (14/11).
Saif Gaddafi digadang-gadang akan menjadi saingan berat komandan militer Khalifa Haftar, di samping dua calon lainnya, yaitu Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah dan ketua parlemen Aguila Saleh.
Ia merupakan salah satu sosok yang yang paling terkenal di Libya. Sebelum ayahnya digulingkan melalui pemberontakan yang didukung NATO pada 2011, ia juga memainkan peran utama dalam membentuk suatu kebijakan.
Namun, setelah pemberontakan itu, ia nyaris tidak terlihat selama hampir satu dekade.
Salah satu kemunculannya di hadapan publik sejak tahun 2011 itu adalah saat ia muncul melalui tautan video di hadapan pengadilan Tripoli yang menjatuhkan hukuman mati atas kejahatan perang.
Terlepas dari keputusan itu, dia tidak pernah meninggalkan wilayah pegunungan Zintan, di luar perintah otoritas Tripoli, di mana para penculiknya kemudian mengizinkannya untuk bebas.
Pendaftaran Saif Gaddafi sendiri menimbulkan polemik dan perdebatan. Beberapa faksi-faksi di Libya berselisih pendapat dengan mengatakan Saif Gaddafi seharusnya tidak dapat mencalonkan diri.
Jaksa militer Libya telah menulis kepada komisi pemilihan untuk menuntut penundaan pencalonan Gaddafi.
Terlepas dari dukungan publik dari sebagian besar faksi Libya dan kekuatan asing untuk pemilihan presiden mendatang, pemungutan suara tetap diragukan karena entitas saingan bertengkar tentang aturan dan jadwal.
Sebuah konferensi besar di Paris sepakat untuk memberikan sanksi kepada siapa pun yang mengganggu atau mencegah pemungutan suara. Namun masih belum ada kesepakatan tentang aturan untuk mengatur siapa yang harus dapat mencalonkan diri.
Era Gaddafi masih dikenang oleh banyak orang Libya sebagai salah satu otokrasi yang keras, sementara Saif al-Islam dan tokoh-tokoh rezim sebelumnya telah keluar dari kekuasaan begitu lama sehingga mereka mungkin merasa sulit untuk memobilisasi dukungan sebanyak saingan utama.
Namun, setelah pengumumannya, para pendukung Gaddafi berdemonstrasi di kampung halamannya di Sirte, dan di Bani Walid, bekas benteng Gaddafi.
Muammar al-Gaddafi ditangkap di luar Sirte oleh pejuang oposisi pada Oktober 2011 dan ditembak. Saif al-Islam ditangkap beberapa hari kemudian oleh pejuang dari Zintan saat ia mencoba melarikan diri dari Libya ke Nigeria.