Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ngabuburit Ulama Perempuan #4: Sexsting, Bentuk Baru Kekerasan Gender Online
Nyai Hj Nur Afiyah, Pendiri & Pengasuh MTM. Al-Anwar dan Simpul Rahima Kediri. (Foto: SC/ Swararahima)

Ngabuburit Ulama Perempuan #4: Sexsting, Bentuk Baru Kekerasan Gender Online



Berita Baru, Jakarta – Semakin mudahnya jangkauan internet, pesatnya perkembangan teknologi informasi serta populernya penggunaan media sosial, menurut Nyai Nur Afiyah, telah menghadirkan bentuk baru kekerasan berbasis gender online.

“Salah satunya adalah kasus sexsting,” ujarnya dalam acara Ngabuburit bersama Ulama Perempuan pada hari Jumat, 16 April 2021 yang disiarkan dalam channel YouTube Swararahima dotcom.

Pendiri dan Pengasuh MTM. Al-Anwar Kediri Jawa Timur itu menjelaskan bahwa sexsting merupakan kegiatan mengirim, menerima atau meneruskan pesan seksual yang dikirim melalui internet, ponsel atau alat elektronik lainnya.

“Pesan ini bisa berisi ajakan sek, teks yang bersifat seksual, foto telanjang atau video adegan seks,” kata Nyai Nur.

Menurutnya banyak perempuan atau kaum rentan lain yang aktif di dunia maya menjadi sasaran pelecehan sexsting. Tiba-tiba, tanpa persetujuan, mendapat kiriman gambar alat vital atau ujaran tidak senonoh. Kasus ini semakin meningkat di masa pandemi Covid-19.

Nyai Nur mengatakan bahwa sexsting sangat berbahaya karena berpotensi melahirkan fantasi seks yang mampu menggiring pelaku untuk melakukan kegiatan hubungan seksual. “Apalagi jika dilakukan pasangan yang bukan suami istri, pelan-pelan tidak sadar, terbuai untuk melakukan dosa besar yang dilarang Allah SWT, yang mendatangkan murka-Nya,” ungkap Nyai Nur.

Penting untuk milenial menjauhi sexsting, lanjutnya, lebih-lebih di bulan puasa karena sexsting bukan komitmen cinta. Kegiatan itu sangat berisiko, baik di dunia ataupun konsekuensi yang sangat berat di akhirat.

“Puasa adalah pendidikan bagi seorang muslim agar menjadi manusia positif, baik pikiran, perkataan atau pun perbuatan. Rasulullah mengingatkan kita agar selalu waspada menjalankan puasa supaya tidak sia-sia dan hanya mendapatkan lapar dan dahaga,” jelasnya.

Simpul Rahima Kediri itu menegaskan bahwa puasa sesungguhnya mempuasakan seluruh anggota tubuh dari bentuk kemaksiatan masing-masing. Salah satunya mata dengan tidak melihat yang tidak pantas, mempuasakan hati dari angan-angan, imajinasi serta fantasi seks yang tidak berguna. (MKR)