Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Musyawarah Corona Para Ahli Makrifat
Ilustrasi karya Hamdani

Musyawarah Corona Para Ahli Makrifat



Musyawarah Corona Para Ahli Makrifat

Hamdani

Penggerak forum “Gandrung Syafaat” (Paddhang Bulan Tacempah).
Kini tinggal di Pamekasan, Madura.


Para ahli makrifat akhirnya pun merasa jengah dengan suasana sepi dan horor yang melanda negeri ini. Tidak ada lagi hal-hal lucu dari tingkah polah manusia yang dapat mereka tertawakan. Dunia kehilangan rasa humor, mereka kehilangan hiburan sehari-hari yang menggemberikan.

Ahli makrifat yang biasa nyamar “wong edan” sudah merasa disorientasi eksistensial. Ingin tertawa tak ada yang bisa ditertawakan, pingin menangis tidak ada yang bisa ditangisi lagi. Tak bisa lagi pura-pura gila di pasar sembari menertawakan aktifitas transaksional manusia. Semenjak Corona ikut melanda Indonesia mereka kesulitan menemukan tempat keramaian—tempat biasa mereka meguzlahkan diri. Mau ke masjid, masjid pun sepi.

Menanggapi “Pandemi Corona” yang mampu me-lockdown hampir semua kesibukan, para ahli makrifat pun akhirnya sepakat menggelar musyawarah darurat Corona. Kali ini, mereka tak mau repot-repot menggunakan teleportasi atau semacam kontak batin telepatis. Cukup dengan download aplikasi tertentu di “playstore” dan ajaib! Para ahli makrifat seketika dapat saling melempar senyum di layar androidnya masing-masing. Ya, lain dulu lain sekarang, jaman sudah canggih, pecah rogo sudah kuno.

Para ahli makrifat yang kelewat zuhud dan kebetulan tak punya paket data, cukup menyempatkan diri menyamar jadi muda-mudi. Lalu nongkrong di cafe yang memang lagi sepi semenjak invansi Corona. Duduk santuy menumpang koneksi wifi dengan hanya berbekal segelas Es Teh. Ahli makrifat yang zuhud ini pun dapat bermusyawarah daring berjam-jam lamanya. Belum bonus (sesaat sebelum musyawarah darurat terlaksana Kalau dan koneksi wifi masih aman) sekalian dapat menyempatkan diri bermain game “free fire”, “Pubg” atau sekedar main “cacing rakus” yang kini lagi beken.

Nah, bagi para ahli makrifat yang bangun kesiangan karena semalam banyak menghabiskan waktu bermunajat. Dapat melakukan musyawarah online langsung dari tempat tidurnya, tanpa perlu repot-repot mandi bahkan cukup menggunakan kolor saja. Sebagian, bahkan masih melekat dengan selimut malasnya.

Sebenarnya, ada juga dari salah satu para ahli makrifat ini yang terlalu kolot. Dia berpikir bahwa musyawarah online itu mengurangi kesakrakalan dan keintiman. Sebenarnya dia hanya sangat tidak bisa menerima semisal ia sedang berbicara, para ahli makrifat lain hanya cengingisan di atas layar androidnya masing-masing sambil ongkang-ongkang tidak jelas.

Ahli makrifat yang satu ini memang kurang pergaulan. Ia tidak mengerti bahwa jangankan musyawarah, saat ini rapat-rapat penting tingkat dunia sudah dilakukan secara online, bahkan sekolah dan perkuliahan. Pengajian umum dan pembelajaran agama juga online. Jangankan itu, pertaubatan dan istighasah kubro pun juga online.

“Ngapain pusing-pusing tapa brata, ngapain buang-buang tenaga memecah raga. Melakukan pertemuan di tempat yang tak terlacak GPS namun penuh dengan nyamuk, apalagi Virus, Aih, itu sungguh tak bijaksana. Ya mending “Work from Home“, musyawarah darurat dari rumah masing-masing!

Setelah setiap para ahli makrifat berkhidmat pada layar androidnya masing-masing dan memusyawarahkan betapa gentingnya keadaan bangsa Indonesia. Akhirnya, mereka menyusun teks munajat bersama-sama untuk diajukan semacam proposal kepada Tuhan. Bedanya, kali ini bukan permohonan atau pengajuan bantuan dana.

Begini isi dari proposal yang kemudian mereka baca masing-masing secara bersamaan melalui headphone mereka; “Ya Allah, engkau adalah pemilik keputusan. Engkaulah yang telah menakdirkan. Engkau pula yang telah menciptakan ini semua. Engkaulah yang telah menentukan dosa-dosa kami kepadaMu! Maka maklumilah kami, angkatlah bencana nasional ini dari negeri kami Ya Allah.”

Suasana hening sejenak. Lalu tiba-tiba mereka terkaget ketika ada pesan suara balasan; Wahai para kekasihKu. Wahai hamba-hambaKu yang kusayangi. Demikianlah tugas keilahianKu sebagai Rabbmu, maka kini tunjukkanlah tugas ubudiyahmu sebagai hambaKu!

Belum sempat para ahli makrifat mennyelami kedalaman dan keagungan maksudNya. Salah satu dari mereka malah tertawa cekikikan karena tidak menyangka, Tuhan juga mendengar doa secara online!

Di antara mereka yang paling sepuh berkata; “Wahai para ahli makrifat, para Jalis musyawarah online, janganlah kita menjadi seperti Iblis. Dikutuk karena menyandarkan takdir buruk yang menimpa dirinya kepada Allah. Proposal kita tampaknya tidak sopan, arogan dan terlalu sombong. Ayo segera kita revisi ulang, kali ini tanpa copas! Copas adalah cara iblis mencuri rahasia dan ilmu Allah lalu memberikan contekan dengan tidak sebenar-benarnya!

Akhirnya mereka merevisi teks munajat mereka dan membacakannya sekali lagi secara bersama-sama; “Ya Allah, kamilah yang salah, kami telah menzalimi diri sendiri’, kami telah berbuat dosa hingga kau turunkan cobaan ini kepada kami”. Lalu pesan balasan pun terdengar; “Demikian, maka kuampuni kalian, telah kumaafkan kalian dan kuturunkan rahmatKu kepada kalian!

Salah satu dari ahli makrifat yang zuhud akhirnya nyeletuk setelah menyeruput tetes terakhir Es Tehnya; “Geblek, kubilang juga apa daridulu! Daripada sok makrifat, mending sadar dosa dan melakukan perbaikan!

Tuuuuutzz….. jaringan terputus.