Muhammad Saw, Teladan Para Milenial
Sariyul Hikmah
Dari speaker langar ke langar, lantunan sholawat kepada Nabi Muhammad Saw. mengumadang dengan riang gembira. Keteduhan dan lantunan itu menjadi saksi betapa cintanya umat manusia kepada sosok Nabi Muhammad. Berbagai ekspresi digelorakan umat manusia sebagai bukti cintanya. Muhammad adalah sosok sepanjang zaman, pribadinya sangat cocok dari zaman ke zaman. Karena Muhammad adalah pribadi yang baik, akhlaknya adalah Al-Qur’an. Kitab suci yang senantiasa dibaca oleh umat islam.
Mengapa Al-Qur’an adalah gambaran dari akhlak Nabi? Karena dalam Al-Qur’an segala ajaran kebaikan dan kebijaksanaan ada di dalamnya. Nabi Muhammad adalah manusia, sama halnya seperti kita, hanya saja Muhammad adalah pribadi unggul yang memiliki akhlak atau moral yang baik.
Di era seperti ini, di tengah kemajuan teknologi dan informasi, Muhammad masih menjadi sosok yang ideal untuk menjadi teladan. Jangan biarkan generasi saat ini tidak mengerti pribadi yang luar biasa ini. Muhammad dengan pikiran, perilaku, dan akhlaknya sangat tepat menjadi public figure dari zaman ke zaman.
Memang, boleh saja kita mengagumi sosok yang dekat dengan kita, misalnya guru kita, kiai kita, atau ilmuwan misalnya. Tapi kecenderungan milenial yang gemar berselancar di dunia maya ini gampang terbuai dan terkecoh dengan ceramah palsu, kebenaran palsu, dan kenikmatan sesaat yang digembor-gemborkan oleh ustaz seleb misalnya, atau artis yang seolah-oleh menebar kebaikan.
Boleh saja kita mengagumi kepada siapapun, tapi tetap gunakan akal sehat dalam mengidolakan sesoerang. Menurut penulis, sebelum milenial mengagumi tokoh lain, baiknya milenial ini membaca kisah nabi, seperti Nabi Muhammad, Nabi Isa, atau bahkan Budha.
Mengapa demikian? Merekalah yang sejarah kemanusiaannya sudah terdengar hingga saat ini. Bahkan, penulis Yahudi, Michael H Hart, saja memasukkan nama Muhammad sebagai salah satu Tokoh Dunia paling berpengaruh sepanjang masa di urutan pertama.
Siapa Michael H. Hart? Ia adalah penulis buku 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, edisi Bahasa Indonesianya pernah diterjemahkan oleh Mahbub Djunaidi. Ia adalah guru besar astronomi dan fisika yang pernah bekerja pada NASA. Selain itu, pria berkebangsaan Amerika Serikat ini juga menulis buku Di Luar Bumi, Di Manakah Mereka? dan Sebuah Pandangan dari Tahun 3000.
Buku pertama Hart yang berjudul 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (1978), yang telah terjual lebih dari 500.000 eksemplar lebih dan telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa ini memasukkan daftar bebarapa nabi. Beberapa nabi dengan urut ia susun dari Nabi Muhammad, Nabi Isa, dan Nabi Musa. Hart menilai bahwa Muhammad sangat berhasil baik dalam hal agama atau urusan kemanusiaan.
Sumbangsihnya Muhammad terhadap dunia menjadika hampir seluruh umat di bumi ini mengagumi sosoknya. Terbukti dengan ditetapkannya Muhammad sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia. Bahkan, Syaikh Sa’adi, penyair terkemuka menyatakan bahwa Nabi Muhammad ada di urutan kedua setelah Allah, “sesudah Allah, engkaulah yang terbesar.”
Kehadiran Muhammad seolah menjadi magnet. Dari dulu hingga kini, namanya terus menjadi ulasan yang tak pernah henti di berbagai dunia. Dari mulai kisah hidupnya semasa kecil, beranjak remaja, setelah menikah, hingga kematiannya. Semua diceritakan tak lepas dari perannya sebagai manusia yang berbudi luhur dan menggambarkan keagungan akhlaknya.
Di antara karya-karya ilmuan Barat yang secara berani menulis tentang Muhammad adalah W. Montgomery Watt—dengan judul “Muhammad: Prophet and Statesment“, Gunther Luling berjudul “Die Wiederentdeckung Des Propheten Muhammad“, yang beranggapan bahwa Muhammad Nabi Mirip Malaikat. Dan, ada pula karya orintalis Jerman, Annemarie Schimmel yang berjudul “Cahaya Purnama Kekasih Tuhan.”
Schimmel yang juga sebelumnya telah menulis banyak buku tentang keislaman dan selalu jadi ‘box office’, seolah menjadi jaminan tersendiri akan kembali suksesnya buku setebal 474 halaman ini.
Penulis yang meraih gelar doktor di usia 19 tahun dan profesor di usia 23 tahun ini menggambarkan sosok Muhammad yang penuh keagungan budi pekerti. Ia berhasil menginterpretasikan Muhammad sebagai sosok yang lembut, murah hati, sopan, santun, dan akrab pada sesama. Sehingga, kemuliaan akhlaknya ini patut dijadikan teladan bagi umat sedunia.
Menurutnya, selama ini belum pernah dijumpai sosok yang berperilaku sempurna seperti Muahammad, yang kadang-kadang keteladanannya dilukiskan warna-warni dalam gaya anekdot.
Schimmel melihat Nabi Muhammad berkembang dalam tiga lingkaran yang setiap fase tumbuh menjadikan namanya semakin besar. Sebagai bulan sabit, bulan purnama, sampai benar-benar menjadi sempurna, yaitu tercapainya kedudukan sebagai penutup para Nabi. Ia juga menilai bahwa, Muhammad merupakan manusia yang unik. Baik dari keselarasan batinnya yang sempurna, juga karena dukungan alam kesucian. Namun bahkan yang lebih penting adalah peran aktifnya dalam menciptakan suatu masyarakat yang madani (beradab).
Dengan merujuk kepada berbagi sumber asli dari berbagai bahasa di dunia Islam, buku ini seolah memotret kehidupan Muhammad seluruhnya. Muhammad dari segi fisik yang digambarkan sebagai arketipe atau pola dasar dari seluruh keindahan lahiriah manusia. Karena sifat-sifat spiritualnya yang paling mulia mengejawantah dalam dirinya secara fisik. Seperti dikatakan oleh penyair Urdu masa kini, “Muhammad adalah keindahan dari ujung kaki hingga ujung kepala, cinta yang menjelma raga”.
Kedudukan sentral Nabi Muhammad, yang diuraikan dengan membahas aspek-aspek kehidupannya, kelahirannya, nama-nama julukannya, Isra’ Mi’rajnya, mukjizatnya, posisi uniknya, teladan akhlaknya, serta kisah-kisah tentangnya yang kemudian diolah menjadi cerita yang unik dan kreatif oleh para ulama, sufi, maupun pujangga menjadi ribuan karya prosa dan puisi yang memikat hati setiap pembacanya.
Dari uraian yang cukup Panjang itu, meneladani Muhammad bukanlah sesuatu yang tanpa refrensi. Muhammad adalah pribadi yang multidimensi dan pribadi yang mampu melintasi ruang dan waktu. Milenial yang lahir abad 20-an, sangat perlu mengenal pribadinya yang luar biasa. Sehingga, di tengah derasnya teknologi dan informasi ini, milienial tidak mudah terombang-ambing oleh figur atau pendirian hidup.
Sariyul Hikmah: Penulis tinggal di Gresik. Seorang guru dan alumnus UNUSA Surabaya.