Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Meski Sedang Krisis Pangan, Korut Prioritaskan Modernisasi Militer dengan Uji Coba Rudal Balistik
(Foto: North Korea Times)

Meski Sedang Krisis Pangan, Korut Prioritaskan Modernisasi Militer dengan Uji Coba Rudal Balistik



Berita Baru, Internasional – Korea Utara telah menembakkan dua rudal balistik melintasi pantai timurnya pada Rabu (15/9), kata militer Korea Selatan. Merupakan  uji coba rudal balistik pertamanya dalam enam bulan terakhir.

Uji coba tersebut, seperti dilaporkan oleh BBC, telah melanggar resolusi PBB, di mana tembakan terjadi saat Korea Selatan dan China sedang mengadakan pertemuan untuk membujuk Korea Utara melanjutkan pembicaraan denuklirisasi.

Resolusi PBB melarang Korea Utara melakukan tes dengan rudal balistik – yang dapat membawa hulu ledak nuklir atau konvensional – sebagai  upaya untuk mengekang program nuklir negara itu.

Beberapa hari sebelum uji coba, Korea Utara telah menembakkan rudal jelajah jarak jauh baru. Sementara peluncuran rudal baru-baru ini menunjukkan Korea Utara terus mengembangkan senjatanya meskipun terjadi krisis ekonomi yang parah.

Korea Utara menghadapi kekurangan pangan, dan telah menghabiskan lebih dari satu tahun masa isolasi. Hal ini memicu penurunan aktifitas perdagangan dengan sekutu terdekatnya, China, demi menghentikan penyebaran Covid-19.

“Terlepas dari penguncian pandemi yang diberlakukan sendiri, Korea Utara terus memprioritaskan modernisasi militer,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul.

Para ahli mengatakan negara itu melakukan tes untuk meningkatkan teknologinya sambil mencoba meningkatkan pengaruhnya untuk negosiasi dengan AS.

AS ingin Korea Utara menghentikan program nuklir dan misilnya dengan imbalan keringanan sanksi, tetapi Korea Utara menolak.

Rudal jarak pendek tersebut terbang sekitar 800 km (500 mil) pada ketinggian maksimum 60 km, dan diluncurkan dari daerah pedalaman tengah Korea Utara, kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan.

Mereka terbang ke timur menuju Laut Jepang, yang juga dikenal sebagai Laut Timur, kata JCS menambahkan. JCS menambahkan bahwa Korea Selatan dan AS sedang melakukan analisis untuk menentukan jenis rudal yang digunakan.

Komando Indo-Pasifik AS mengatakan rudal itu tidak menimbulkan ancaman langsung bagi personel, wilayah, atau sekutu AS, tetapi mereka menyoroti “dampak destabilisasi dari program senjata terlarang Korea Utara tersebut”.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, menyebut peluncuran itu sebagai tindakan yang “keterlaluan”, dengan mengatakan bahwa aktifitas tersebut mengancam perdamaian dan keamanan di kawasan itu.

Beberapa jam kemudian, Korea Selatan mengumumkan bahwa Presiden Moon Jae-in menghadiri uji coba rudal balistik kapal selam (SLBM) pertama negara itu. Itu menjadikan Korea Selatan sebagai negara ketujuh di dunia dengan teknologi tersebut.

Peluncuran yang direncanakan sebelumnya bukan sebagai reaksi terhadap peluncuran Korea Utara. Korea Selatan mengatakan rudal itu dirancang untuk membantu melawan setiap serangan oleh tetangga utaranya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengadakan pembicaraan dengan mitranya dari Korea Selatan, Chung Eui-yong, di Seoul, dan mengatakan semua pihak harus bekerja untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea.

“Tidak hanya Korea Utara tetapi negara-negara lain melakukan aktivitas militer,” katanya. “Kita semua harus melakukan upaya dengan cara dialog.”

Maret lalu, Pyongyang menentang sanksi dan menguji coba rudal balistik, yang memicu teguran keras dari AS, Jepang, dan Korea Selatan.

Dan bulan lalu badan atom PBB mengatakan Korea Utara tampaknya telah memulai kembali sebuah reaktor yang dapat menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir, menyebutnya sebagai perkembangan yang “sangat meresahkan”.