Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

IIQ

Merespons Kesalahan Cetak Al-Quran, IIQ An Nur Yogyakarta Gelar Seminar Nasional tentang Pentashihan dan Filologi Mushaf Nusantara



Berita Baru, Yogyakarta – Akhir-akhir ini beredar di jagad maya kesalahan penulisan mushaf al-Quran, yang seharusnya tertulis “lajaa’iluuna” tetapi tertulis “lajaahiluuna”.

Tentu kesalahan ini sangat fatal, bukan saja kesalahan dari sisi titik atau waqaf, namun kesalahan huruf.

Merespons kasus di atas, Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta mengadakan Seminar Nasional bertajuk “Jelajah Mushaf Al Quran Nusantara: Pendekatan Tashih dan Filologi” pada Kamis (6/10).

Seminar ini menghadirkan pembicara dari Tim Lembaga Pentashihan Mushaf al-Quran (LPMQ Kemenag RI), Dr. A. Hakim Syukrie (Periset Mushaf Al-Quran LPMQ Kemenag RI), dan Anton Zaelani, M.Hum (Pentashih Mushaf Al-Quran LPMQ Kemenag RI). Bertindak selaku moderator Muhammad Saifullah, MA (Dosen Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta)

Agenda seminar nasional dibuka oleh Dr. H. Ihsanuddin, M.SI selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

Dalam sambutannya, Ihsanuddin menyampaikan kebahagiaanya sekaligus harapannya agar hubungan antara LPMQ dan IIQ An Nur Yogyakarta terus terjaga dengan semakin baik.

Ia berharap dalam waktu dekat tidak sekadar seminar, tetapi berlanjut ke pelatihan tashih dan penelitian mushaf bagi mahasiswa IIQ An Nur, sehingga di ruang lingkup mahasiswa ada tambahan pengetahuan praktis, tidak sebatas teoritis, tentang tashih mushaf al-Quran.

Sebagai narasumber pertama, Anton Zaelani menjelaskan seputar seluk beluk pentashihan mushaf al-Quran.

Menurutnya, pentashihan mushaf al-Quran adalag kegiatan meneliti, memeriksa, dan membetulkan master mushaf al-Quran yang akan diterbitkan dengan cara membacanya secara saksama, cermat dan berulang-ulang oleh para pentashih sehingga tidak ditemukan kesalahan, termasuk terjemah dan tafsir oleh Kementrian Agama.

Lebih lanjut Anton mengatakan,

 “Maka dari itu, seorang pentashih itu tidak sekadar hafal al-Quran saja, tetapi dituntut untuk menguasai beragam ilmu-ilmu al-Quran terkait; ilmu rasm, waqf wal ibtida’, tajwid, qiraat, dan lain sebagainya. Tidak hanya melisankan saja, tetapi mengamati secara detail dan mencari kesalahan-kesalahan cetak.”

Narasumber kedua, Dr. A. Hakim Syukri, mengetengahkan tema Mushaf al-Quran dalam Diskursus Peradaban Islam di Nusantara. Kesempatan tersebut digunakan oleh narasumber untuk menjelaskan sisi filologis tentang mushaf-mushaf Nusantara dari problem tekstologi, kodikologi, edisi teks, dan lain sebagainya. “Misalnya, dalam kajian tekstologi, mushaf al-Quran disalin menggunakan ilmu bantu, dan dengan ilmu itu pula direkonstruksi” jelas Hakim.

Hakim menegaskan, “Ilmu bantu itu antara lain: ilmu Rasm, ilmu dhobt, Qiraat pada mushaf, kajian ‘addul ayy (hitungan ayat), kajian waqof, ilmu Makki-Madani, ilmu Tartibus Suwar (ilmu urutan surat), ilmu Tahzibul Quran (ilmu simbol dalam al-Quran)”

Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta merupakan salah satu kampus yang memiliki konsentrasi terhadap Ilmu al-Quran dan Hadis.

Kampus ini juga banyak melahirkan para penghafal, pengkaji, dan peneliti al-Quran dan hadis. Termasuk berkonsentrasi dalam kajian mushaf dan filologi di Nusantara sebagai tambahan skil dalam pengkajian turos Islam.