Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Menteri Nadiem: Transisi Anak Didik dari PAUD ke SD Harus Menyenangkan
Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim dalam acara Merdeka Belajar Episode ke-24 di Jakarta, Selasa (28/3). (Foto: Antara)

Menteri Nadiem: Transisi Anak Didik dari PAUD ke SD Harus Menyenangkan



Berita Baru, Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan masa transisi anak didik dari jenjang PAUD ke sekolah dasar (SD) harus dilakukan dan berlangsung secara menyenangkan.

Salah satu upaya pemerintah menciptakan proses yang menyenangkan kepada anak didik dalam melewati masa transisi dari PAUD ke SD ini adalah melalui program Merdeka Belajar Episode ke-24 bertajuk Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

“Kebijakan itu digulirkan guna mengakhiri miskonsepsi tentang baca, tulis dan hitung (calistung) pada PAUD dan SD/ MI/ sederajat kelas awal (kelas 1 dan 2) yang masih sangat kuat di masyarakat,” kata Nadiem di Jakarta, Selasa (28/3).

Menteri Nadiem menuturkan, saat ini kemampuan yang dibangun pada anak di PAUD masih fokus pada calistung, bahkan kemampuan calistung menjadi satu-satunya bukti keberhasilan dalam belajar dan menjadi syarat penerimaan peserta didik baru (PPDB) SD/ MI/ sederajat.

Oleh sebab itu, kata Nadiem, pemerintah melalui program Merdeka Belajar Episode ke-24 ingin mengakhiri miskonsepsi tersebut, sehingga masa transisi anak didik dari PAUD ke SD lebih menyenangkan.

“Untuk mengakhiri miskonsepsi tersebut ada empat fokus yang perlu dilakukan dalam pembelajaran,” ujar Nadiem.

Ia menyebutkan terdapat empat aspek yang menjadi fokus Merdeka Belajar Episode ke-24, yaitu pertama adalah transisi PAUD ke SD perlu berjalan dengan mulus, yakni proses belajar mengajar di PAUD dan SD/ MI/ sederajat kelas awal harus selaras dan berkesinambungan.

Kedua, setiap anak memiliki hak untuk dibina agar kemampuan yang diperoleh tidak hanya kemampuan kognitif, namun juga kemampuan fondasi yang holistik.

“Bukan hanya kognitif, anak-anak juga berhak mendapatkan kemampuan holistik, seperti kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan lainnya,” katanya.

Fokus ketiga adalah terkait kemampuan dasar literasi dan numerasi harus dibangun mulai dari PAUD secara bertahap dan dengan cara yang menyenangkan.

Keempat adalah siap sekolah, yakni proses yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua yang bijak, karena setiap anak memiliki kemampuan, karakter dan kesiapan masing-masing saat memasuki jenjang SD.

Menurut Nadiem, kesiapan anak didik untuk bersekolah adalah sebuah proses dan bukan hasil, sehingga bukan hanya sekadar pemberian label antara anak yang sudah siap atau belum siap sekolah.

“Sehingga, tidak dapat disamaratakan dengan standar atau label-label tertentu,” tegasnya.