Menteri Halim Imbau Desa Jadikan Nilai Agama Sebagai Spirit Pembangunan Desa
Berita Baru, Jakarta – Indonesia bukan negara agama, Indonesia dibangun dari nilai-nilai agama. Keberagaman agama telah ilhami kemerdekaan Indonesia. Karena itulah, keberagamaan di Indonesia harus jadi energi pembangunan Indonesia, bukan sebaliknya justru menjadi hambatan pembangunan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengapresiasi terpilihnya Ahmad Jabur sebagai Kepala Desa Compang Ndejing di Nusa Tenggara Timur ( NTT).
“Nilai-nilai agama harus menjadi spirit, menjadi roh pembangunan desa. Tokoh-tokoh agama harus ambil bagian dalam keseluruhan tahapan dan proses pembangunan desa,” ujar Gus Menteri
Menjadikan nilai-nilai agama sebagai spirit, disertai dengan keterlibatan para tokoh agama dalam pembangunan desa, dipercaya dapat menjadi energy positif dalam pembangunan. Sehingga menurut Menteri Halim, nilai-nilai agama, serta para tokoh agama di desa, merupakan variable yang sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan aktivitas pembangunan desa.
Oleh karena itu, pria kelahiran Jombang Jawa Timur ini, menuturkan, bahwa saat ini, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), sedang merancang pelibatan tokoh-tokoh agama secara aktif dalam pembangunan desa.
“Keterlibatan tokoh agama secara aktif dalam pembangunan desa, akan mengalirkan energy positif positif dalam keseluruhan siklus pembangunan, mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring, hingga evaluasi pembangunan.” Jelasnya.
Selain variable kearifan lokal, serta kualitas perencanaan maupun pelaksana pembangunan, kepemimpinan desa juga memegang peranan penting dalam pembangunan desa.
“Kepemimpinan desa harus didasarkan pada kemampuan, kecakapan, serta komitmen seseorang dalam pembangunan desa, bukan didasarkan pada kesamaan suku, ras, maupun agama,” kata Mantan Ketua DPRD Jawa Timur ini.
Gus Menteri mengatakan, Desa Compang Ndejing, NTT telah memberi pelajaran berharga bagi desa-desa di seluruh Indonesia, bahwa kesamaan agama bukanlah alasan memilih pemimpin desa. Akan tetapi, kualifikasi, kompetensi, serta integritaslah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih pemimpin desa.
“Itulah syarat kepemimpinan yang dapat membawa perubahan di desa, dari miskin menjadi sejahtera, dari tertinggal menjadi maju,” kata Mantan Ketua DPRD Jombang ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ahmad Jabur yang beragama Islam, terpilih menjadi Kepala Desa yang mayoritas penduduknya beragama katolik. Ahmad dipilih karena kualitas pribadi yang bisa merangkul semua warga tanpa memandang agamanya apa.
“Kami pilih pemimpin desa, bukan pemimpin agama, sehingga kami tidak pandang dia dari agama apa. Kami nilai dia layak jadi pemimpin desa,” kata Edi. Sikap toleransi Ahmad tersebut, menurut Edi, menjadi kekuatan Ahmad untuk memenangkan pemilihan kepala desa 2017 lalu.