Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Meningkatkan Martabat Budaya Desa Talok Melalui Saresahan Sejarah dan Budaya
Foto: Istimewa

Meningkatkan Martabat Budaya Desa Talok Melalui Saresahan Sejarah dan Budaya



Berita Baru, Malang – Sejarah dan budaya memiliki peran yang sentral dan mendasar sebagai landasan utama dalam tatanan kehidupan suatu bangsa. Hubungan anatara keduanya tidak bias dipisahkan. Ibarat dua sisi daun, jika daun itu robek maka rusaklah sejarah beserta budayanya.

Seiring berkembangnya zaman sejarah dan budaya sekarang mulai tergerus menjadi sastra lisan yang menuai banyak versi dan perbedaan. Maka melestarikan keduanya adalah hal penting yang harus diperhatikan bersama.

Upaya melestarikan sejarah dan budaya telah dilakukan oleh Desa Talok melalui Saresehan Sejarah dan Budaya yang diadakan oleh Karantaruna Desa Talok dan KKN UM pada Senin (21/06) siang.

Acara ini kali pertama di Desa Talok dan dihadiri oleh para budayawan, sejarawan, dan seniman Desa Talok dari lintas generasi yaitu: generasi sepuh, generasi pertengahan, dan generasi muda.

Desa Talok yang dulu merupakan Kerajaan Taloka ini memiliki tiga situs sejarah penting sebagai bukti bahwa ada sebuah kerajaan di wilayah desa ini, yakni Gunung Petung, Gunung Djati, dan Makam Mbah Suro Kawi.

Meningkatkan Martabat Budaya Desa Talok Melalui Saresahan Sejarah dan Budaya
Suasana Sarasehan Sejarah dan Budaya Desa Talok. Foto: Istimewa.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Talok, Agus Harianto mengungkapkan rasa bangga kepada seluruh peserta Saresehan Sejarah dan Budaya atas partisipasi mereka untuk melestarikan sejarah dan budaya Desa Talok. Upaya pelestarian ini dilakukan dengan cara memanuskripkan sejarah desa dan mencetuskan hari lahir DesaTalok.

Para Mawahasiswa KKN UM beserta Karangtaruna Desa nantinya akan melakukan wawancara detail dengan para sejarawan dan budayawan desa yang hasilnya akan dilaporkan pada acara konfrensi para pemerhati sejarah dan budaya tingkat desa.

“Upaya ini dilakukan untuk menyatukan suara tentang sejarah Desak Talok yang sebenarnya dengan merujuk kepada sejarah Babat Tanah Jawi dan peninggalan sejarah Turantya pada. Dengan ini diharapkan sejarah Desa Talok bisa legal dan diakui masyarakat,” terang pemerhati budaya yang juga menjadi kepala Desa Talok ini.

Cara pelestarian seperti ini sangat didukung oleh para peserta saresehan yang dibuktikan dengan terbentuknya Paguyuban Budaya Desa Talok yang diketuai oleh Murdiono.

Dengan semangatnya, actor seni ludruk, Bapak Sutikno berjanji akan menuliskan naskah tentang sejarah Talok sesuai cirri khas ludruk setelah legalnya manuskrip sejarah Desa.

“Tingginya martabat suatu bangsa adalah karena budayanya, jika suatu banga itu rendah berarti budayanya kurang bermartabat,” ujar aktor ludruk desa Talok saat menyampaikan pendapatnya pada acara saresehan sejarah dan budaya desa Talok.

(Penulis: Ahsan Thoriq, Mahasiswa Sastra Arab UM / Editor: Moh. Junaidi)