Meningkatkan Elektabilitas Perempuan di Ranah Publik | Opini: Putri Zahrotul Ilmiyah
Putri Zahrotul Ilmiyah
Perempuan masa sekarang harus menunjukkan kualitas dirinya dengan berkecimpung, bergerak dan berkontribusi dalam rana publik. Melalui aktif dalam setiap organisasi merupakan langkah awal proses seorang perempuan untuk mencari jati diri sehingga perempuan keluar dari zona nyaman agar bisa produktif dalam meningkatkan skill yang ada di dalam dirinya. Kini perempuan yang berani tampil didepan publik merupakan emas yakni titik fokus sorotan masyarakat yang dikagumi. Tapi tidak semua perempuan mampu menjalaninya, diperlukan keberanian pengabdian yang istiqomah sehingga sedikit demi sedikit progres dan bakat perempuan bisa terasah. Loyalitas dan kerja keras harus dilakukan dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin khususnya pemimpin perempuan.
Mayoritas mayarakat sekarang sudah mulai mengakui bahwa perempuan mampu memegang tugas di rana publik. Meskipun harus melalui perjuangan panjang dan berat dari pada perjuangan laki-laki. Karena tantangan yang harus dijalani perempuan sangat banyak seperti tantangan anggapan melawan budaya masyarakat jika belum menikah serta tantangan domestik jika setelah menikah. Akan tetapi kondisi tersebut dipengaruhi oleh letak geografis masing-masing. Oleh karena itu untuk meningkatkan elektabilitas perempuan di rana publik maka perempuan harus membentuk kualitas dirinya dengan mencari pengalaman sebanyak – banyaknya di luar tempat tinggalnya atau tempat perempuan dilahirkan sehingga perempuan akan merasa berkreatifitas secara bebas dan berani tanpa kekhawatiran serangan kritik masyarakat desanya.
Pengalaman adalah bekal yang paling berharga dan salah satu unsur untuk meningkatkan elektabilitas perempuan di rana publik. Tidak hanya mencari pengalaman sebanyak-banyaknya saja. Akan tetapi harus diimbangi dengan kegigihan menempuh pendidikan tinggi. Perempuan perlu mengubah pandangan masyarakat yang belum maju yang beranggapan bahwa perempuan setelah menikah hanya jadi ibu rumah tangga title sarjananya tidak berguna dan lain sebagainya. Ada lagi yang beranggapan jika perempuan menempuh pendidikan tinggi maka yang akan melamar akan minder serta ada juga yang menggunakan alasan kuliah agar tidak langsung dinikahkan orang tuanya setelah lulus SMA. Pandangan masyarakat itulah harus dihapuskan karena menyebabkan perempuan kecil hati, terkena tekanan mental dan pesimis untuk meningkatkan progres diri karena zaman terus berkembang dan sudah tidak hidup lagi pada zaman mereka.
Etika harus tetap dijaga perempuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sebagai penyeimbang kualitas ilmu karena ada maqolah al’adabu fauqo ‘ilmi artinya etika diatas ilmu. Adab dalam menuntut ilmu merupakan bagian dari ilmu, karena bersumber dari dalil-dalil. Adab dalam menuntut ilmu juga sesuatu yang mesti diamalkan tidak hanya diilmui. Sehingga perkara ini mencakup ilmu dan amal. Dalil wajibnya menerapkan adab dalam menuntut ilmu. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162). Jika perempuan terjun di rana publik yang mempunyai wawasan yang luas harus diimbangi dengan adab atau karakter yang baik.
Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’, dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi ) Oleh karena itu, orang yang berilmu harus ditanamkan Akhlakul Karimah pada dirinya sejak dini, mempelajari adab atau akhlaq sebelum menuntut ilmu yang lebih tinggi, apalagi kita sebagai seorang mahasiswa tidak terlepas dari tanggung jawab dan pasti akan berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Etika perlu diperhatikan dalam bersosial masyarakat, mengamalkan ilmu dan memerankan sebagai Kholifah di muka bumi. Setiap orang pasti akan menjadi pemimpin bagi dirinya dan keluarganya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akhlak dan budi pekerti akan semakin meningkat. Bukan malah sebaliknya merasa pandai dan sombong atas ilmu yang diperolehnya. Sesungguhnya Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Maka loyalitas berorganisasi dan etika bermasyarakat sangat penting bagi seorang perempuan yang mempunyai peran dalam masyarakat sehingga elektabilitas perempuan di rana publik.
Pembelajaran loyalitas berorganisasi adalah langkah awal yang harus dilakukan perempuan untuk menumbuhkan elektabilitasnya yakni mampu mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan bersama, bijak dalam menyelesaikan masalah diri kita sendiri, menghormati dan menghargai terhadap sesama, memberikan kontribusi sebanyak mungkin karena merupakan peluang untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya, sopan santun dalam menuntut dan mengamalkan ilmu, menyeimbangkan antara akademis dan organisatoris merupakan hal yang harus dilakukan secara konsisten dan manajemen waktu yang tepat.
Etika dalam berorganisasi harus diterapkan karena wibawa seseorang akan terlihat jika kita membiasakan berkomunikasi dengan etika yang tepat didepan publik, dimanapun perempuan berada sikap dan kualitas diri kita harus diperankan baik itu di desa maupun di luar desa demi perubahan yang lebih baik. Seseorang akan dihargai jika diri kita juga bisa menghargai orang lain, tidak terlepas dari doa dan restu orang tua yang sangat berpengaruh, karena orang tua kita pasti akan mendoakan anaknya agar diberikan yang terbaik serta kesuksesan untuk anaknya.
Perempuan boleh berkreasi, berkarya dan berinovasi dalam berproses tapi adab harus melekat pada diri kita serta tidak keluar dari kodrat sebagai perempuan. Karena, mayoritas perempuan seringkali terbatasi prosesnya untuk meningkatkan progres dirinya. Maka kita yang diberikan kebebasan untuk bergerak dan berkreasi harus memanfaatkan peluang menjadi bibit bibit yang akan mengantarkan kita kepada kesuksesan. Karena sukses seseorang tergantung dari konsisten, komitmen kita berproses, berkontribusi dan berprestasi.
Perempuan sebagai aktivis dalam rana publik yakni mengabdikan dirinya kepada masyarakat demi mencapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikannya serta tidak boleh lalai dengan ajaran agama yang diperoleh dan diajarkan orang tua dari lembaga pendidikan agamanya serta pentingnya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena perempuan merupakan tiang negara, ibu yang baik akan menghasilkan generasi yang baik demi kemajuan bangsa dan agama. Jika langkah dan strategi tersebut dilakukan maka elektabilitas perempuan meningkat sehingga menjadi role model yang senantiasa dibutuhkan masyarakat dan menginspirasi wanita lainnya untuk meningkatkan progres dirinya.
Penulis sedang melanjutkan studi pascasarjana di salah satu kampus di Mojokerto. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua KOPRI PMII IAI Qomaruddin.