Mengenal Kopi Organik Desa Kedawung
Berita Baru, Temanggung – Desa Kedawung merupakan desa paling ujung di wilayah Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah juga menjadi salah satu desa yang terletak persis di perbatasan tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang.
Di desa ini terdapat perkebunan kopi yang mulai dikembangkan untuk perkebunan kopi organik di lahan seluas 12.500 meter persegi milik Munif Fachroni (44). Luas lahan 12.500 meter persegi yang ditanami 800 pohon Kopi Robusta, dengan ketinggian sekitar 800 mdpl baru ada 450 pohon yang produktif dari 800 pohon dengan hasil rata-rata setiap panen 2 ton.
Kopi Robusta Desa Kedawung, yang mulai ditanam dan dibudidayakan sekitar tahun 2010 oleh Munif Fachroni yang asli dari Bogor, setelah memutuskan pulang ke kampung halaman istrinya setelah merantau di Jakarta.
Roni panggilan akrabnya, mulai merawat dan mengelola perkebunan dengan menambah tanaman kopi yang ada di lahan pinggir desa tempat tinggal istri dan keluarganya.
Selain membuka perkebunan kopi, ia juga membuka pengolahan kopi sampai siap saji, selain kopi yang diambil oleh pelanggan yang sudah tersebar di berbagai kota, Roni juga membuat gula aren dari hasil deresan nira yang ada di perkebunan kopi mliknya, dengan label “KOPITAS” kepanjangan dari Kopi Tanggul Asri.
Pemetikan perdana dihadiri oleh Masrik Amin Zuhdi selaku Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung. “Pemetikan dengan sistem petik merah dan pemberian pupuk organik akan menghasilkan kualitas biji kopi yang baik serta mempunyai citarasa yang nikmat,” ungkap dia.
Kopi Kedawung yang dipelihara secara benar serta pemberian pupuk alami ini menghasilkan cita rasa yang berbeda, setelah merasakan seduhan kopinya ada fruity serta ada aroma yang nikmat, semua itu didukung dengan pengolahan kopi sesuai standar pengolahan kopi yang benar.
Kopi Robusta dengan varietas Tugu Sari atau BP 42 yang ditanam di lahan miliknya, diakui Roni dalam perawatan serta pengolahannya menerapkan Standar Operating Procedure (SOP) yang baku. Dalam menggunakan pupuk, diakuinya selalu menggunakan pupuk kandang atau pupuk organik, sedangkan dalam pengolahan kopi menjadi siap saji menggunakan SOP Masyarakat Pelindung Indikasi Geografis (MPIG), untuk menjaga kualitas rasa.
“Panen yang dilakukan untuk tahun kemarin menghasilkan sekitar 6 sampai 7 kilogram tiap pohonnya, untuk pemasaran kita sudah sampai luar kota bahkan luar jawa, entah itu dalam bentuk greenbeans atau kemasan siap saji,” kata Roni.
Untuk panen musim ini diharapkan bisa memenuhi target sesuai yang diharapkan serta kondisi perekonomian sudah membaik, sehingga tidak menghambat perputaran jual beli di masyarakat, terutama dalam hal perkopian di Temanggung dan di Indonesia pada umumnya.