Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gus Halim
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar menerima Audensi Bupati Jembrana I Nengah Tamba dikantor Kemendes PDTT Abdul Muis. Jakarta, Kamis (18/11). (Foto: Mugi/KemendesPDTT)

Mendes PDTT Dorong Pembangunan Desa Berbasis Data dan Kebutuhan, Bukan Keinginan Elit Desa



Berita Baru, Jakarta – Mendes PDTT menegaskan bahwa pembangunan desa tidak bisa dilakukan berdasarkan keinginan elite desa semata. Pemerintah desa harus memiliki peta jalan yang jelas untuk memajukan desanya. Sekaligus memberdayakan masyarakat desa berbasis data serta kebutuhan yang diperlukan.

“Kebijakan pembangunan di desa memang harus berpatokan pada data, bukan keinginan,” kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, dalam siaran persnya yang diterima Beritabaru.co, Kamis (18/11).

Pernyataan itu disampaikan Gus Halim, sapaan akrabnya, saat menerima kunjungan Bupati Jembrana, Bali, di Kantor Kemendes, Jakarta. Dalam pertemuan, Bupati Jembrana Negah Tambah memperkenalkan program baru yang menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu Desa Bagus yang merupakan akronim Desa Membangun dengan Statistik.

Dihadapan Bupati Jembrana Negah Tambah, Gus halim kembali menegaskan bahwa Presiden Jokowi memberi dua amanat kepada dirinya sebagai Mendes PDTT. Pertama, Dana Desa harus dirasakan oleh seluruh warga desa. Kedua, Dana Desa harus digunakan untuk pemberdayaan ekonomi dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mewujudkan amanat itu, Gus Halim merumuskan kebijakan agar arah kebijakan pembangunan desa itu sesuai dengan kebutuhan dan akar budaya. Dia menekankan, tidak boleh lagi ada pembangunan desa yang serampangan dan hanya berdasarkan keinginan elite di desa tanpa kajian dan kebutuhan.

“Dulu penggunaan Dana Desa itu berbasis pada keinginan elite dan kalangan tertentu, bukan berdasarkan kebutuhan desa hingga kurang tepat sasaran,” tutur mantan ketua DPRD Jawa Timur ini.

Berdasarkan pengalaman itu, Gus Halim mewanti-wanti agar pembangunan desa harus berdasarkan kebutuhan dan akar budaya di desa. Menurutnya, jika kebutuhan masyarakat dan akar budaya menjadi ruh dari pembangunan desa, serta ditopang dengan basis data yang kuat, maka manfaatnya pasti benar-benar bisa dirasakan masyarakat.

“Saya yakin jika pembangunan berbasis akar budaya itu lebih kokoh dan tahan terhadap arus budaya luar,” ujarnya.

Bupati Jembrana Negah Tamba merespons baik masukan Mendes Halim. Ia pun menjelaskan, program Desa Bagus ini nantinya bakal menjadi Big Data tentang desa di Kabupaten Jembrana yang berisikan informasi seputar desa.

Dengan pengelolaan itu, lanjutnya, pembangunan akan dilakukan berbasis kajian dan data ilmiah. “Kabupaten Jembrana berkeinginan bakal semacam War Room atau pusat data di kantor desa,” tutur Nengah Tamba.

Integrasi data ini, kata Nengah Tambah, agar tidak ada lagi tumpang tindih data soal desa dan memang menggambarkan kondisi riil desa. Nengah Tamba berharap Menteri Desa mendukung proses integrasi data tersebut.

Jika memungkinkan, kata dia, Dana Desa bisa dialokasikan untuk pembiayaan tim IT di setiap kantor desa atau War Room itu agar proses integrasi dan update data desa terus berjalan.

Gus Halim pun menyambut baik program Desa Bagus dan keinginan adanya integrasi data Bupati Jembrana. Namun, mengenai Dana Desa untuk mendukung proses integrasi data itu, Gus Halim mengatakan jika peluang itu ada, namun masih perlu dilakukan telaah lebih jauh, utamanya berkaitan dengan payung hukum.

Sebab, segala pemakaian dana yang bersumber dari APBN, harus mempunyai payung hukum yang jelas dan kuat. “Saya selalu bilang, Dana Desa itu bisa digunakan untuk apa saja kecuali yang dilarang,” kata Gus Halim.

Mendes menambahkan, Dana Desa sumbernya dari APBN sehingga proses penggunaannya harus merujuk pada RPJMN 2020-2024. Dana Desa sesuai RPJMN itu dipergunakan untuk Pemulihan Ekonomi Nasional dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).