Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Minyak AS
Kilang minyak India (Foto: REUTERS/Amit Dave).

Menakar Keuntungan India di Tengah Anjloknya Harga Minyak AS



Berita Baru, Internasional – Pada mingu-minggu ini, harga minyak mentah WTI maupun Brent jatuh di posisi terendah dalam sejarah. Pada hari Kamis (23/4), mengutip Kontan, minyak WTI untuk pengiriman Juni naik US$ 2,21, atau 19,1%, menjadi US$ 13,78 per barel.

Sebelumnya, minyak WTI telah diperdagangkan serendah US$ 10,26, sebelum melonjak lebih dari 40% untuk mencapai sesi tertinggi US$ 16,20. Sedangkan, minyak mentah Brent ditutup US$ 1,04 atau naik 5,38% ke US$ 20,37, setelah sebelumnya menembus di bawah US$ 16.

Di tengah anjloknya harga, salah negara yang membeli minyak AS dalam jumlah besar adalah India. Lalu muncullah satu perdebatan: apakah India akan mendapat manfaat dari anjloknya harga minyak?

Mantan sekretaris kementrian perminyakan India, SC Tripathi mengatakan,  “Beberapa kilang dirancang terutama untuk minyak mentah Timur Tengah, tetapi sebagian besar kilang sekarang dapat mengambil minyak mentah dari manapun, sehingga sekarang India dapat membeli lebih banyak dari AS.”

Sebagian besar kebutuhan domestik India, sekitar 83 persen, dipenuhi melalui impor. Dalam hal impor minyak, India banyak membeli dari negara-negara timur tengah seperti Arab Saudi, Irak, dan Kuwait. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah India melakukan diversifikasi pembelian minyak sebagai cara untuk memangkas harga yang lebih rendah dari para produsen minyak OPEC.

Selain itu, India juga merupakan pembeli minyak mentah terbesar ketiga di dunia. Setidaknya, India menghabiskan sekitar US$85 miliar untuk impor minyak setiap tahunnya. Dengan turunnya harga minyak pada minggu-minggu ini hingga US$10 per barel, pemerintah India memperkirakan akan menghemat sekitar US$ 15 miliar.

Namun pakar energi terkemuka India, Narendra Taneja, mengatakan kepada Sputnik bahwa “India memang membeli minyak mentah dari AS tetapi kita harus melihat ekonomi secara keseluruhan. India dapat membeli lebih banyak minyak mentah dari AS tetapi tarif pengiriman telah meroket, yang berarti minyak mentah mungkin lebih murah tetapi biaya pengiriman sangat tinggi.”

Sebelumnya, diharapkan biaya pengiriman untuk minyak mentah dari AS ke Asia akan turun setelah Mei. Namun, menurut sebuah laporan Wall Street Journal, kapal-kapal VLCC (pengangkut minyak mentah supertanker) yang dapat mengangkut hingga 2 juta barel minyak, memasang tarif sewa US$72.500 sehari untuk kontrak selama setahun. Harga ini sangat jauh lebih mahal dari tahun lalu, yakni US$30.500 sehari.

Terlepas dari biaya pengiriman yang luar biasa tinggi yang ditunjukkan oleh Taneja, ia juga menunjukkan kurangnya kapasitas penyimpanan minyak India.

Raksasa-raksasa energi internasional, termasuk BP dan Total, telah meningkatkan cadangan minyak mentah mereka agar bisa mengambil keuntungan dari harga yang rendah. Sementara itu, India tidak dapat menyimpan minyak dalam jumlah besar, mengingat kapasitas penyimpanan untuk cadangan minyak strategis India yang kurang memenuhi.

“India memiliki kapasitas terbatas untuk penyimpanan minyak sehingga pilihan ada tetapi terbatas dalam hal ukuran dan kapasitas. Benar. India harus memperluas kapasitas penyimpanan,” terang Narendra Taneja.

Tripathi memahami setuju dengan hal ini. India sejauh ini telah membangun kapasitas penyimpanan strategis hanya hanya sebesar 5,6 juta metrik ton. “India membutuhkan kapasitas 30 hingga 45 juta metrik ton,” jelas Tripathi.

Namun demikian, pemerintah India telah mulai membangun cadangan minyak strategis 6,5 MMT di dua lokasi: pertama, Chandikhol di negara bagian Odisha; kedua, Padur di negara bagian selatan Karnataka.

Terlepas dari biaya pengiriman yang meroket dan minimnya kapasitas penyimpanan minyak yang ditunjukkan oleh Taneja, Tripathi lebih menunjukkan poin pembatasan ekspor minyak mentah AS.

“India sudah membeli dari AS tetapi dalam jumlah kecil karena transportasi membutuhkan waktu lebih lama dan lebih mahal. Juga, AS tidak mengizinkan ekspor secara gratis dan setiap pengiriman memerlukan lisensi ekspor dari AS,” ujar Tripathi.


SumberSputnik News