Melestarikan Tradisi Melalui Pameran Mitoni di Dusun Kerug Batur Desa Majaksingi, Borobudur
Berita Baru, Magelang – Tradisi mitoni adalah salah satu tradisi dalam rangkaian daur hidup manusia yang masih dilaksanakan di Dusun Kerug Batur Desa Majaksingi. Letak geografis Kerug Batur yang berada di puncak ketinggian, atau sekitar 650 mdpl di wilayah pegunungan menoreh menjadikan tradisi mereka cukup aman dari gempuran arus globalisasi. Karenanya, tradisi di Kerug Batur masih sangat kental sekaligus beragam dari mulai tradisi daur hidup seperti mitoni, perayaan-perayaan di bulan Jawa seperti Syura dan Saparan, ataupun tradisi yang berkaitan dengan hajatan insidental. Namun demikian, upaya nguri-nguri perlu untuk terus dilestarikan agar tradisi tak lekang oleh zaman.
Salah satu yang dilakukan masyarakat Kerug Batur dalam upaya nguri-nguri dan memajukan tradisi yaitu menyelenggarakan serangkaian acara yang bertajuk Pameran Mitoni, dilaksanakan pada tanggal 26-30 Juni 2022. Untuk pelaksanaannya dilakukan di gang sempit menuju kediaman salah satu sesepuh Kerug Batur yakni Bapak Ismoyo. Pameran Mitoni Kerug Batur didukung oleh Pemerintah Desa Majaksingi, dan Eksotika Desa dengan pendanaan dari Direktorat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dit. KMA) Kemendikbud Ristek. Acara Pameran Mitoni adalah salah satu agenda di dalam program pemajuan kebudayaan melalui pengembangan wisata budaya spiritual di Kawasan Borobudur yang sudah dilakukan sejak tahun 2021-2022.
Pameran Mitoni tidak saja berupa pameran ragam foto prosesi mitoni namun juga disertai dengan properti yang digunakan seperti jarit, cengkir gading, kendi, gentong, dan gayung dari kelapa tua. Selain itu, agenda Pameran Mitoni juga disertai dengan uji coba paket wisata, sarasehan budaya sekaligus bedah karya tulis warga. Pameran Mitoni secara resmi dibuka pada tanggal 26 Juni dengan sambutan dari Bapak Sutrisno selaku Kepala Desa Majaksingi. Acara selanjutnya yakni uji coba paket wisata yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni, lalu kemudian ditutup dengan sarasehan budaya dengan mengundang Kepala Desa Bapak Sutrisno, warga Kerug Batur, tim Eksotika Desa dan sekaligus pemerhati budaya Kabupaten Magelang Bapak Dedi Panggung Suprabowo.
Uji coba paket wisata ini berisi tentang penjelasan mengenai tradisi mitoni melalui foto-foto yang terpajang sepanjang gang hingga masuk ke kediaman Bapak Ismoyo. Selain melalui foto, tamu yang hadir juga diajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung pada panganan tradisional yang disajikan pada saat prosesi mitoni seperti tumpeng pitu, liwet waras, untup-untup, jenang abang, putih dan baro-baro, tumpeng rasul, tumpeng wajar, ingkung ayam, larakan, dan sayur-sayuran. Selain penjelasan terkait makna dan harapan yang terkandung pada panganan tradisional, tamu yang hadir juga turut serta diajarkan tentang prosesi pembuatan makanan dan penyajiannya termasuk cara menyembelih ayam dengan cara dua keyakinan yakni Islam dan Katolik.
Beberapa tamu dari Sekolah Satu Atap Desa Majaksingi, warga sekitar dan tim Eksotika Desa ikut meramaikan uji coba paket wisata tersebut. Menurut salah satu warga Kerug Batur sekaligus koordinator lapangan Pameran Mitoni, Andrianus Endro, pameran mitoni ini hanyalah salah satu upaya yang dilakukan untuk melestarikan tradisi. “Dengan adanya pameran ini diharapkan dapat mengenalkan dan melestarikan tradisi masyarakat Jawa khususnya tradisi mitoni sebagai salah satu bagian dari daur hidup kepada masyarakat Majaksingi khususnya Kerug Batur maupun masyarakat luar Majaksingi”, ungkap dia sembari tersipu malu.
Tradisi mitoni sendiri merupakan sebuah tradisi yang bertujuan untuk memohon keselamatan bagi orang tua dan si jabang bayi yang berusia tujuh bulan dalam kandungan agar diberi keselamatan dan keberkahan hidup. Berbagai prosesi yang dilakukan saat mitoni memiliki beragam makna misal salah satunya yakni brojolan, dilakukan dengan memasukkan cengkir gading yang digambar tokoh pewayangan Btara Kumojoyo dan Btari Kamaratih. Prosesi tersebut merupakan salah satu bentuk pengetahuan tradisional yang dilakukan masyarakat Jawa zaman dahulu untuk mengetahui jenis kelamin janin yang masih ada di dalam kandungan. Sementara gambar tokoh wayang Btara Kumojoyo dan Btari Kamaratih merupakan simbol pengharapan orang tua agar anak yang terlahir memiliki paras yang rupawan.
Rangkaian kegiatan pameran lainnya yakni sarasehan budaya untuk mengupas tradisi mitoni bersama Bapak Dedi Panggung Suprabawa sebagai pemerhati budaya Kabupaten Magelang, Bapak Panji Kusumah selaku Ketua Eksotika Desa, Bapak Sutrisno selaku Kepala Desa Majaksingi dan Mbah Muji selaku warga Kerug Batur yang melaksanakan tradisi mitoni untuk keluarganya. Dalam sarasehan budaya tersebut Bapak Sutrisno menerangkan bahwa letak geografis Dusun Kerug Batur berada di Lembah Menoreh dan berdekatan dengan Keraton Yogyakarta sehingga tradisi yang ada di Kerug Batur masih sangat kental.
“Daerah Majaksingi berdekatan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah keraton, daerah tradisi budaya. Berbeda dengan desa-desa lainnya, Desa Majaksingi memiliki dua wilayah yakni 6 dusun di sebelah selatan dan 6 dusun di sebelah utara. Kebetulan tradisi-tradisi yang masih kuat berjalan berada di wilayah selatan salah satunya di Dusun Kerug Batur. Maka tepat sekali saat ini dilakukan penggalian Kembali tradisi-tradisi yang ada di sini. Saya atas nama Pemerintah Desa Majaksingi mengucapkan terimakasih,” ungkap Bapak Sutrisno mengawali pembukaan sarasehan budaya.
Sarasehan dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Panji Kusumah selaku ketua Eksotika Desa. Pada pertemuan tersebut, Bapak Panji menceritakan awal mula menemukan warga yang akan melakukan ritual mitoni yakni dilakukan oleh keluarga Mbah Muji dan keunikan dari tradisi mitoni yang dipenuhi dengan angka tujuh.
“Pada Bulan Maret wonten acara mitoni ing Dusun Kerug Batur. Lah kok ternyata mboten namung tumpeng ingkang cacaeh pitu, mundut toya ing sendang jumlaeh pitu sendang. Lajeng sakdurunge siraman, enten mawar merah, mawar putih kalian kenongo masing-masing jumlaeh pitu. Toyane niku ajeng diengge siraman, ingkang nyiram jumlah keluarga pitu, cacaeh nyiram njih ping pitu lajeng tampilane tumpeng, tumpenge pitu. Ternyata koncone tumpeng, tigane, jenange, klubane diwadaih takir jumlaeh pitu. Terus angsal cerita malih, ganti jarit ping pitu ngangge pitung motif” ungkapnya terheran-heran.
(Pada Bulan Maret, ada acara tujuh bulanan di Dusun Kerug Batur. Ternyata tidak hanya tumpeng yang berjumlah tujuh, tetapi air yang digunakan untuk siraman diambil dari tujuh sumber mata air. Lalu sebelum melakukan siraman, ada mawar merah, mawar putih dan kenanga berjumlah tujuh tangkai. Selain itu, jumlah keluarga yang akan memandikan berjumlah tujuh dengan masing-masing tujuh siraman. Tetapi ternyata selain tumpeng, telurnya berjumlah tujuh, jenang berjumlah tujuh, kluban di tempatkan takir sebanyak tujuh. Lalu kain jarit yang digunakan juga berjumlah tujuh dengan motif yang berbeda). Bapak Panji menambahkan keterangan bahwa angka tujuh yang dalam Bahasa Jawa berarti pitu, merupakan simbol dari pitulungan (pertolongan).
Sarasehan dilanjutkan dengan penjelasan ringkas dari Mbah Muji selaku pelaksana tradisi mitoni dan dilanjutkan oleh Pak Dedi selaku pemerhati budaya Kabupaten Magelang. Dalam sarasehan budaya tersebut, Pak Dedi menjelaskan ragam motif batik yang digunakan dalam ritual mitoni terdapat tujuh motif yakni motif latar pethak, truntum, parang, semen, cakar ayam, lereng dan teluh watu. Dari tujuh motif batik tersebut misalnya Pak Dedi menjelaskan bahwa motif parang digunakan harapannya bayi lahir, tumbuh dan tahan banting. Sementara motif semen menandakan sebuah harapan agar bayi lahir gesang, wilujeng dan jarik motif cakar ayam melambangkan sebuah harapan agar bayi terlahir dengan penuh rezeki.
Selain diskusi bersama dengan warga terkait tradisi mitoni, pada kesempatan tersebut juga dilakukan pemutaran video terkait mitoni dan sekilas membahas buku daur hidup di Kerug Batur bagian ritual mitoni. Buku tersebut ditulis oleh warga Kerug Batur yakni Andrianus Endro dan pendamping desa Nurdin Nasyir Gusfa. Menurut Endro buku tersebut akan menjadi bukti semangat warga Kerug Batur. “Buku ini menjadi simbol semangat warga untuk melestarikan tradisi mitoni yang ada di Dusun Kerug Batur, Desa Majaksingi untuk generasi selanjutnya”, ungkap dia mengakhiri.