Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mantan presiden Georgia Mikheil Saakashvili ditangkap
Mantan presiden Georgia Mikheil Saakashvili ditangkap . Foto: AFP.

Mantan Presiden Georgia Mikheil Saakashvili Ditangkap



Berita Baru, Tbilisi – Mantan presiden Georgia Mikheil Saakashvili ditangkap pada Jumat (1/10) waktu setempat setelah beberapa jam mengumumkan dia kembali ke negara itu.

Penangkapannya diumumkan oleh Perdana Menteri Irakli Garibashvili, menurut media lokal setempat Agenda.ge.

Mikheil Saakashvili, pria 53 tahu itu mengatakan dalam sebuah video yang diposting di Facebook pada hari Kamis: “Saya mempertaruhkan hidup dan kebebasan saya untuk kembali!”

Mikheil Saakashvili yang sebelumnya berada di kota pesisir Georgia Batumi, dalam video itu juga menyerukan protes karena Georgia akan mengadakan pemilihan lokal akhir pekan ini.

“Kita semua perlu memahami bahwa pemungutan suara untuk partai The Dream akan menjadi tanda tangan hukuman mati untuk Georgia. Itu sebabnya pada 2 Oktober, kita semua harus pergi ke pemilihan untuk menyelamatkan Georgia. Dan pada 3 Oktober, mulai pagi Oktober. 3, mari bergerak dari seluruh Georgia untuk melindungi hasil pemilu,” kata Saakashvili.

Politisi, yang mengatakan dia berada di kota pesisir Georgia Batumi, menyerukan protes karena negara itu akan mengadakan pemilihan lokal akhir pekan ini.

Saakashvili mengumumkan awal pekan ini bahwa ia berencana untuk terbang ke Georgia untuk pemilihan lokal akhir pekan.

Tetapi PM Garibashvili mengatakan pada hari Selasa (28/9) bahwa jika Saakashvili “menginjakkan kaki di tanah Georgia, dia akan segera ditangkap dan dipenjarakan.”

Pria berusia 53 tahun, yang menjabat sebagai presiden dari 2004 hingga 2013, telah dituduh oleh pengadilan Georgia menyalahgunakan kekuasaan. Namun, Saakashvili menyatakan bahwa tuduhan itu bersifat politis.

Pendiri partai oposisi utama Persatuan Gerakan Nasional (UNM) telah tinggal di pengasingan di Ukraina.

Georgia terjerumus ke dalam krisis politik sejak tahun lalu ketika partai-partai oposisi mengklaim ada kecurangan besar-besaran dalam pemilihan parlemen.