Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ilustrasi: Pearls and Irritations.
Ilustrasi: Pearls and Irritations.

Mantan Dubes Australia Khawatir Negaranya Berisiko Perang Jika Tetap Ikuti AS



Berita Baru, Canberra – Mantan Duta Besar Australia untuk Jepang, John Menadue mengungkapkan sebuah kekhawatiran terhadap negaranya, bahwa negaranya berisiko perang jika tetap ikuti Amerika Serikat (AS).

Hal itu ia sampaikan dalam sebuah esai yang diterbitkan di platform jurnal kebijakan publik Pearls and Irritations, berjudul Best of 2022: China has neither the intent nor the capability to attack us, yang terbit pada Senin (2/1).

Dalam esainya, Menadue memperingatkan soal bahaya dari mengikuti AS. Dia mengatakan bahwa catatan sejarah dengan jelas menunjukkan Australia berkali-kali membiarkan diri terseret ke dalam perang kerajaan Inggris dan kemudian perang AS.

“Selama dua abad, AS telah menggulingkan dan menjatuhkan banyak pemerintahan. AS memiliki kompleks militer dan bisnis yang bergantung pada perang demi pengaruh dan kekayaan,” catatnya.

Menadue mengatakan bahwa Australia kini dipimpin dalam histeria anti-China oleh AS. Namun AS tidak khawatir bahwa China akan menyerang Australia. Sementara, AS khawatir bahwa “hegemoni dunianya ditantang.”

“Itulah sebabnya AS terus-menerus mendorong China ke dalam konflik dan kemungkinan perang. Dan kami mengikuti. Seperti yang dikatakan Jack Waterford dari seorang pejabat AS, AS melihat kami sebagai ‘orang awam’,” kata Menadue.

“Para pemimpin militer dan pertahanan kami sangat bergantung pada Departemen Pertahanan AS, Departemen Luar Negeri AS, CIA, dan FBI untuk mendapatkan saran. Kami bertindak sebagai kantor cabang mereka,” kata Menadue, yang pernah menjabat sebagai duta besar Australia untuk Jepang.

Pemimpin redaksi Pearls and Irritations itu juga mngatakan bahwa otonomi dan kemerdekaan Australia menghadapi risiko yang signifikan karena elit pertahanan dan keamanan negara itu.

Berpusat di Canberra, Australia memiliki konsep “interoperabilitas” dengan AS sebagai “cawan suci mereka”, tutur Menadue.

Karena itu, ia memperingatkan bahwa “AS hanya mengikuti tatanan berbasis aturan internasional jika tatanan itu sesuai dengan kepentingannya sendiri.”

“Satu-satunya risiko militer yang kita hadapi dari China adalah jika kita terus menjadi wakil AS dalam perang tanpa akhir. AS adalah sekutu yang berbahaya, seperti yang dikatakan Malcom Fraser,” tambahnya.