Malik Faisal Akram, Tersangka Penyanderaan di Sinagog AS Ditembak Mati
Berita Baru, Internasional – Pada 15 Januari 2022, Malik Faisal Akram (44), laki-laki kelahiran Pakistan dari Lancashire, Inggris, menyandera empat orang termasuk seorang rabi, selama sepuluh jam di sebuah sinagog dekat Dallas, AS.
Seperti dilansir dari Sputnik News, semua tawanan dibebaskan, tetapi Akram ditembak dan dibunuh selama operasi anti-teroris.
Akram mendarat di New York pada 2 Januari dan dilaporkan terbang dari Manchester, Inggris. Dia diizinkan memasuki negara itu meskipun dia memiliki catatan kriminal, menurut The Dallas Morning News.
Alamat yang dia sebutkan adalah salah satu hotel di Queens, tetapi tidak diketahui apakah dia berada di sana, karena administrator mengatakan bahwa pihaknya tidak mengingat, sementara rekaman CCTV tidak menunjukkan keberadaan Akram di hotel tersebut.
Akram melakukan perjalanan ke Texas dengan penerbangan domestik dan dilaporkan telah tinggal di dua tempat penampungan tunawisma. Salah satun ya adalah OurCalling, di mana dia menginap selama satu malam pada 2 Januari.
“Sangat menyedihkan bagi kami bahwa terkadang predator bersembunyi di dalam komunitas tunawisma, tetapi itu hanya kenyataan yang menyebabkan bahaya dan membuat kami selalu harus memastikan teman-teman tunawisma kami terlindungi dengan baik,” kata Wayne Walker, CEO dan pendeta di OurCalling.
Tempat penampungan lainnya milik Union Gospel Mission di Dallas, sebuah badan amal Kristen Texas. Menurut CEO organisasi Bruce Butler, staf melihat Akram datang pada 6 Januari, tetapi Akram tidak pernah berbicara tentang agama atau rencana kunjungannya.
“Dia punya rencana. Dia sangat pendiam,” kata Butler kepada CNN, seraya menambahkan bahwa Akram pergi untuk terakhir kalinya pada 13 Januari.
Saat ini polisi sedang berusaha untuk menetapkan keberadaan Akram selama 48 jam sebelum serangan yang terjadi pada 15 Januari.
Saudara Akram, Gulbar, bekerja sama dengan FBI dan aktif berkomunikasi dengan Malik Akram sepanjang malam dari ruang insiden di Kantor Polisi Greenbank di Blackburn, Inggris.
“Dan meskipun saudara laki-laki saya menderita masalah kesehatan mental, kami yakin bahwa dia tidak akan menyakiti para sandera,” kata Gulbar dalam sebuah posting di halaman Facebook komunitas Muslim Blackburn. “Sekitar jam 3 pagi orang pertama dilepaskan, kemudian satu jam kemudian dia melepaskan 3 orang lainnya melalui pintu kebakaran tanpa cedera.”
Menurutnya, beberapa menit kemudian terjadi baku tembak sehingga Akram tertembak dan tewas. “Tidak ada yang bisa kami katakan atau lakukan lagi kepadanya agar ia menyerah,” kata Gulber. Ia juga mencatat bahwa agen FBI diharapkan tiba di Inggris untuk berbicara dengan keluarga Akram.
“Kami juga ingin menambahkan bahwa setiap serangan terhadap manusia baik itu Yahudi, Kristen atau Muslim dll adalah salah dan harus selalu dikutuk,” pungkasnya.
Penyanderaan terjadi pada Sabtu pagi dalam sebuah kebaktian yang disiarkan secara langsung secara online karena pandemi. Setelah serangan, siaran berhenti, tetapi jemaat yang mengikuti prosesi kebaktian dapat mendengar kata-kata penyerang: “Saya akan mati hari ini. Apakah kamu mendengarkan? Saya akan mati. Baik? Jadi jangan menangisi aku. Oke, jangan menangisi aku.”
Akram menuntut pembebasan terpidana teroris Aafia Siddiqui, atau yang juga dikenal sebagai Lady Al Qaeda. Dia saat ini berada di penjara Texas atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap personel militer AS di Afghanistan.