MA Bingung dengan Kecemasan SBY soal PK Moeldoko Ambil Alih Demokrat
Berita Baru, Jakarta – Juru Bicara Mahkamah Agung (MA) Suharto mengaku bingung dengan kecemasan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait Mahkamah Agung (MA) berpotensi akan mengabulkan peninjauan kembali (PK) soal pengambilalihan Partai Demokrat oleh KSP Moeldoko, lantaran permohonan PK baru masuk dan masih dalam proses untuk diadili.
“Berdasarkan Sistem informasi Administrasi Perkara di MA itu tanggal distribusi masih kosong dan majelisnya masih kosong alias belum ada. Bagaimana mungkin putusannya bisa ditebak-tebak? tunggu saja proses bisnis di MA terkait perkara itu,” kata Suharto sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.com, Selasa (30/5).
Suharto pun meminta sejumlah pihak bersabar menunggu persidangan berlangsung dengan tidak melempar asumsi atau opini ke publik.
“Nanti setelah tanggal distribusi terisi tanggalnya dan ada ditetapkan majelisnya, maka majelis mempelajari berkasnya dan menetapkan hari dan tanggal persidangan,” tandasnya.
Sebelumnya, SBY mengaku menerima informasi terkait dugaan MA yang berpotensi akan mengabulkan PK soal pengambilalihan Partai Demokrat oleh KSP Moeldoko.
Pernyataan itu juga SBY sampaikan merespons pernyataan Ahli Hukum Tata Negara Denny Indrayana yang mengaku mendengar kabar ‘pencopetan’ partai Demokrat yang kemudian bisa berimplikasi pada gagalnya pencapresan Anies Baswedan.
“Juga menarik, mengait PK Moeldoko di MA yg digambarkan Partai Demokrat sangat mungkin diambil alih Moeldoko,” tulis SBY membalas Cuitan Denny Indrayana.
“Berkaitan dengan PK Moeldoko di MA, tadi malam saya terima telepon dari mantan menteri yang sampaikan pesan politisi senior (bukan Partai Demokrat) berkaitan PK Moeldoko ini. Pesan seperti ini juga kerap saya terima. Jangan-jangan ini serius bahwa Demokrat akan diambil alih,” kata SBY.
Menurut SBY, berdasarkan akal sehat sulit diterima PK Moeldoko dikabulkan MA lantaran sudah 16 kali kalah di pengadilan. Untuk itu, SBY berharap pemegang kekuasaan tetap amanah, menegakkan kebenaran dan keadilan.
Ia mengatakan Indonesia bukan negara ‘predator’ di mana yang kuat memangsa yang lemah. SBY juga menyebut Indonesia tidak menganut hukum rimba, di mana yang kuat menang dan yang lemah selalu kalah.
“Kalau ini terjadi, info adanya tangan-tangan politik untuk ganggu Demokrat agar tak bisa ikuti Pemilu 2024 barangkali benar. Ini berita yang sangat buruk,” ujarnya.
“Kepada kader Partai Demokrat di seluruh tanah air, agar mengikuti perkembangan PK Moeldoko ini sambil memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Swt. Ikuti petunjuk Ketua Umum. Jika keadilan tak datang, kita berhak memperjuangkannya secara damai dan konstitusional,” pungkas SBY.
Dilansir dari laman kepaniteraan MA, permohonan PK Moeldoko masuk pada Senin, 15 Mei 2023 dan teregister dengan nomor perkara:128 PK/TUN/2023. Belum ada majelis hakim yang ditunjuk untuk mengadili perkara tersebut.
Dalam kasus seperti ini, MA biasanya menghabiskan waktu maksimal tiga bulan untuk memutus permohonan PK.