Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Afrika
Foto yang diabadikan pada 31 Januari 2024 ini menunjukkan markas besar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika di Addis Ababa, Ethiopia. (Xinhua/Michael Tewelde)

Infeksi Malaria dan Dengue di Afrika Bebani Sistem Kesehatan Akibat Perubahan Iklim



Berita Baru, Nairobi – Benua Afrika sedang mengalami lonjakan infeksi yang ditularkan oleh nyamuk, termasuk malaria dan demam berdarah dengue, yang memberikan tekanan yang sangat besar pada sistem kesehatan publik, demikian para ilmuwan memperingatkan pada Senin (19/8/2024) dalam sebuah forum virtual yang digelar menjelang peringatan Hari Nyamuk Sedunia.

Michael Charles, chief executive officer (CEO) RBM Partnership to End Malaria, sebuah organisasi internasional di bidang kesehatan, menyoroti kian meningkatnya ancaman yang disebabkan oleh nyamuk di Afrika, yang memperparah beban yang ditimbulkan dari berbagai penyakit, seperti malaria, demam berdarah dengue, dan demam kuning.

“Dan perubahan iklim mendorong penyebaran nyamuk yang menyebabkan penularan malaria dan demam berdarah dengue di Afrika, sehingga berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi,” kata Charles, dilansir dari laman Xinhua News yang diterbitkan pada Rabu (21/8/2024).

Secara global, terdapat 3.500 spesies nyamuk, dengan 837 di antaranya terdapat di Afrika. Charles menyampaikan bahwa upaya untuk membasmi nyamuk-nyamuk tersebut menjadi semakin sulit karena peningkatan suhu, mutasi gen, dan resistansi terhadap insektisida.

Charles menambahkan bahwa polusi lingkungan, sistem pengawasan yang lemah, dan minimnya kesadaran tentang manfaat pemakaian kelambu berlapis insektisida telah memperparah penyebaran nyamuk betina, yang merupakan pemicu lonjakan kasus malaria dan demam berdarah dengue.

Afrika
Arlette Diane Miafo Zeuna (kanan), seorang warga asli Soa, menggantung kelambu berlapis insektisida untuk melindungi anak-anaknya dari penyakit malaria di Ebang, sebuah daerah permukiman di Soa, Kamerun, pada 17 April 2024. (Xinhua/Kepseu)

Charles menekankan bahwa penurunan jumlah kasus malaria sebesar 20 persen di negara-negara yang paling terdampak di Afrika dapat menyumbangkan tambahan 60 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.480) pada produk domestik bruto (PDB) tahunan mereka, sekaligus meningkatkan kesehatan wanita hamil dan anak-anak balita.

Philip Chigiya, sekretaris Dewan Penasihat Pemuda di African Leaders Malaria Alliance (ALMA), menyatakan bahwa penghentian penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk membutuhkan peningkatan kebersihan lingkungan, akses universal untuk memperoleh kelambu berlapis insektisida, serta penelitian tentang pola mutasi nyamuk.

Chigiya menekankan bahwa dengan berinvestasi dalam masa depan yang tahan terhadap iklim dapat membantu Afrika memitigasi beban dari penyakit-penyakit menular, seperti malaria, demam berdarah dengue, kolera, dan virus Zika.

Diperingati setiap tahun pada 20 Agustus, Hari Nyamuk Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang anatomi serangga tersebut dan kemampuannya untuk menularkan penyakit-penyakit fatal kepada manusia.

Krystal Mwesiga Birungi, koordinator entomologi lapangan untuk Target Malaria Uganda, sebuah konsorsium yang berbasis di Institut Penelitian Virus Uganda, memperingatkan bahwa nyamuk secara bertahap telah berevolusi, dan spesies invasif yang baru-baru ini ditemukan di Afrika menghambat upaya untuk mengendalikan serangga tersebut.