Lebaran di Tengah Corona, PBNU: Jangan Mudik, Silaturahim Daring Saja
Berita Baru, Jakarta – Pemerintah kembali menyampaikan perkembangan COVID-19 di Indonesia. Pada Sabtu (28/3) jumlah kasus positif virus corona telah mencapai 1.155, jumlah meninggal 102 orang dan yang dilaporkan sembuh 59 orang.
Ini menunjukkan adanya peningkatan 109 kasus dan 15 korban meninggal dalam 24 jam terakhir.
Menurut Ketua PBNU Robikin Emhas, virus corona dianggap berbahaya karena 3 hal. Pertama, kecepatan penyebarannya. Kedua, gejalanya yang tidak mudah terdeteksi oleh orang yang terinfeksi. Ketiga, ketidak-tahuan orang yang terinfeksi, sehingga orang yang terinfeksi adalah carier dan tanpa sadar menyebarkan virus ke tempat dan kepada orang lain.
“Sebagai muslim kita harus bersikap adil dan proporsional. Adil dan proporsional baik dari aspek akidah, ibadah maupun mu’amalah”. Tuturnya.
Ia berpandangan manusia wajib takut hanya kepada Allah, bukan selainnya. Namun, dalam situasi seperti sekarang tidak boleh juga meninggalkan perintah agama lainnya, yaitu ikhtiar baik secara preventif maupun kuratif.
Kyai muda itu mengingatkan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memperpanjang masa darurat bencana wabah virus Corona hingga 29 Mei 2020.
“Itu artinya masa darurat bencana hingga 5 hari pasca hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah tahun ini”. Lanjutnya.
Penetapan masa darurat itu, dalam pandangannya, tentu dengan pertimbangan dan perhitungan matang dari pemerintah.
“Untuk itu mari bersama-sama mendisiplinkan diri, memutus mata rantai penyebaran covid-19, dengan tidak mudik lebaran tahun ini”. Sarannya.
Siaturahim Idul Fitri menurut Robikin harus tetap kita lakukan, namun secara daring saja, atau online melalui teknologi komunikasi.
“Video call dari tempat tinggal masing-masing. Lebaran di tengah virus Corona daring saja”. Tandasnya.
Ia mengimbau agar masyarakat dan warga Nahdhiyin bersikap disiplin untuk tetap di rumah dan menjaga jarak fisik dalam situasi krisis wabah ini, semata untuk membantu penanggulangan penyebaran Covid-19.
Selain itu ia juga menilai sikap memaksakan keinginan mudik dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, termasuk keluarga.
“Kita tidak pernah tahu, di tengah perjalanan menuju kampung halaman, bisa saja tanpa sadar terjadi kontak fisik dengan orang yang terpapar Covid-19”. Ujarnya.
Kalau ini yang terjadi, imbuhnya, mudik tidak membawa kebahagiaan bagi keluarga dan lingkungan. Tapi justru derita dan musibah. [*]