Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Langit Hayal | Puisi-puisi Bigul G
Ilustrasi: Paul Azpiri

Langit Hayal | Puisi-puisi Bigul G



Langit Hayal

Air mata terbuat dari tangan-tangan
gemetar di pinggir jalan
menggenang seperti nasib sekarat
orang-orang temaram dalam diam

Matahari meleleh di tangannya
mimpi lapuk dan berdebu
tangan yang menadah dan menagih
musim pergi begitu saja

Malam dan siang mengusirnya dari sebuah kota
harapan dan doa bayang-bayang lepas dari pohonnya
tak ada sisa selain di bawah matahari sama

Sungguh,
air mata ini terbuat dari wajah sendu diri sendiri
mengembun seperti nasib yang tidak bisa dibaca
pada buku primbon,
kitab suci

hingga wasiat nenek moyang
menetes dari langit hayal

2021

Tumbuh dan Disembah

Kala itu, batu-batu kunci menujunya
di masa yang lain
pohon-pohon tumbuh, disembah
kemudian menguar ke udara
terasing

kini surga dan neraka se hitam bola mata
di sebuah kedai kopi tua
laki-laki yang hitam dahinya itu
merenggut surga dari atas meja

seperti sepotong senja dicuri
serupa tanah warisan dimonopoli
“aku punya kunci surga sendiri”
terdengar dari seorang pengamen berlari
menjauh

telah lama darah dan nanah menjadi alamat palsu,
tangis dan air mata cerita biru
bagi semua yang pergi menepi ke hulu
dimana arahnya?
tak seorang pun tahu

kini orang-orang sibuk mencari dalam berita
dalam ruang-ruang putih jenaka
kata, tanda, dan gambar semesta
:entah mengarah ke mana

jarak telah dipangkas, ruang telah dipotong
orang-orang semakin gila mencarinya
teriakan-teriakan sakau mengudara
berebut alamat di luar dirinya

2021

Tepi

ada yang terus berlari
bayang datang dan pergi

diam-diam wajah kelabu
:waktu adalah perampok paling perkasa
sekujur tubuh terluka

Mengapa mesti kalah pada usia?

doa sama dengan melawan diam-diam,
harapan adalah mahkota kemenangan,

aku muak dengan segala hal kenangan,
hayalan-hayalannya
yang menyeret ke lembah senja

aku benci dengan segala harap
mimpi-mimpi
pembohong yang menjadikan murung

Mengapa kalah pada usia?

cemas sama saja dengan kalah
kecewa adalah batu penanda nama-nama

angin membekas di seluruh tubuh
awan menebal di kepala

pergi tak kembali
yang baru akan segera menepi
tepilah abadi

2021

Nyi

Sedang bersamamu,
aku lebih suka menjadi domba

kugadai air mata pada awan
agar menjadi hujan

kutanam akal pada ladang
agar tumbuh padi dan jagung

hingga aku bukan siapa-siapa
di sisimu

2021

Dunia Semata Wayang

malam-malam panjang
hilang begitu saja
:dari diriku dan dirimu

tetapi musafir itu masih berjalan
sebuah kota
dibangun atas nama luka

sedang bulan dan bintang
baru saja dipisah
dalam sketsa kecil

terasing
terlempar dari sebuah diri
:konon disebut makhluk sejati

ruang dan waktu dibekukan
dalam petak layar
selalu menyala

mereka mengeluh
kenangan tak lagi berhala
dipuja-puja

dan matahari menjadi mimpi
sebentar hilang
dalam ingatan

tetapi kamu masih menggambar danau
sebuah pagi
sesak dan ramai

sisa apa?
selain dirimu dalam pelukan
bayang                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

2021


Bigul G, tinggal di Alkindi Institute, Krapyak Yogyakarta.