Langit Hayal | Puisi-puisi Bigul G
Langit Hayal
Air mata terbuat dari tangan-tangan
gemetar di pinggir jalan
menggenang seperti nasib sekarat
orang-orang temaram dalam diam
Matahari meleleh di tangannya
mimpi lapuk dan berdebu
tangan yang menadah dan menagih
musim pergi begitu saja
Malam dan siang mengusirnya dari sebuah kota
harapan dan doa bayang-bayang lepas dari pohonnya
tak ada sisa selain di bawah matahari sama
Sungguh,
air mata ini terbuat dari wajah sendu diri sendiri
mengembun seperti nasib yang tidak bisa dibaca
pada buku primbon,
kitab suci
hingga wasiat nenek moyang
menetes dari langit hayal
2021
Tumbuh dan Disembah
Kala itu, batu-batu kunci menujunya
di masa yang lain
pohon-pohon tumbuh, disembah
kemudian menguar ke udara
terasing
kini surga dan neraka se hitam bola mata
di sebuah kedai kopi tua
laki-laki yang hitam dahinya itu
merenggut surga dari atas meja
seperti sepotong senja dicuri
serupa tanah warisan dimonopoli
“aku punya kunci surga sendiri”
terdengar dari seorang pengamen berlari
menjauh
telah lama darah dan nanah menjadi alamat palsu,
tangis dan air mata cerita biru
bagi semua yang pergi menepi ke hulu
dimana arahnya?
tak seorang pun tahu
kini orang-orang sibuk mencari dalam berita
dalam ruang-ruang putih jenaka
kata, tanda, dan gambar semesta
:entah mengarah ke mana
jarak telah dipangkas, ruang telah dipotong
orang-orang semakin gila mencarinya
teriakan-teriakan sakau mengudara
berebut alamat di luar dirinya
2021
Tepi
ada yang terus berlari
bayang datang dan pergi
diam-diam wajah kelabu
:waktu adalah perampok paling perkasa
sekujur tubuh terluka
Mengapa mesti kalah pada usia?
doa sama dengan melawan diam-diam,
harapan adalah mahkota kemenangan,
aku muak dengan segala hal kenangan,
hayalan-hayalannya
yang menyeret ke lembah senja
aku benci dengan segala harap
mimpi-mimpi
pembohong yang menjadikan murung
Mengapa kalah pada usia?
cemas sama saja dengan kalah
kecewa adalah batu penanda nama-nama
angin membekas di seluruh tubuh
awan menebal di kepala
pergi tak kembali
yang baru akan segera menepi
tepilah abadi
2021
Nyi
Sedang bersamamu,
aku lebih suka menjadi domba
kugadai air mata pada awan
agar menjadi hujan
kutanam akal pada ladang
agar tumbuh padi dan jagung
hingga aku bukan siapa-siapa
di sisimu
2021
Dunia Semata Wayang
malam-malam panjang
hilang begitu saja
:dari diriku dan dirimu
tetapi musafir itu masih berjalan
sebuah kota
dibangun atas nama luka
sedang bulan dan bintang
baru saja dipisah
dalam sketsa kecil
terasing
terlempar dari sebuah diri
:konon disebut makhluk sejati
ruang dan waktu dibekukan
dalam petak layar
selalu menyala
mereka mengeluh
kenangan tak lagi berhala
dipuja-puja
dan matahari menjadi mimpi
sebentar hilang
dalam ingatan
tetapi kamu masih menggambar danau
sebuah pagi
sesak dan ramai
sisa apa?
selain dirimu dalam pelukan
bayang
2021
Bigul G, tinggal di Alkindi Institute, Krapyak Yogyakarta.