Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, berbicara kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi di Ashgabat, Turkmenistan, pada 29 Juni 2022. Foto: AP.
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, berbicara kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi di Ashgabat, Turkmenistan, pada 29 Juni 2022. Foto: AP.

Kunjungan Mendebarkan Putin ke Iran



Berita Baru – Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan yang mendebarkan untuk berbicara secara langsung dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mulai Selasa (19/7).

Bukan saja karena saat ini Perang Ukraina masih berlanjut dengan korban yang terus bertambah, tetapi juga kunjungan itu dilakukan beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden melakukan kunjungan ke Timur Tengah.

“Kontak dengan Khamenei sangat penting,” Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin, mengatakan kepada wartawan di Moskow, dikutip dari Reuters.

Di samping itu, kunjungan itu menjadi kunjungan pertama Putin di luar wilayah bekas Uni Soviet sejak Perang Ukraina pada 24 Februari 2022.

Para pengamat menilai bahwa kunjungan ini menjadi pesan yang jelas ke Barat dan AS tentang keinginan kuat Rusia menjalin hubungan strategis dengan Iran dalam menghadapi sanksi Barat.

“Dialog saling percaya telah berkembang di antara mereka tentang isu-isu terpenting dalam agenda bilateral dan internasional,” imbuh Uskhakov.

Diketahui, Iran dan Rusia (juga China) merupakan negara-negara yang mendapatkan sanksi dari AS dan Barat.

“Pada sebagian besar masalah, posisi kami dekat atau identik,” aku Uskhakov.

Bagi Iran, yang juga kesal dengan sanksi ekonomi Barat dan berselisih dengan Amerika Serikat atas program nuklir Iran dan berbagai masalah lainnya, kunjungan Putin tepat waktu.

Di samping itu, ‘berkawan’ dengan Rusia adalah pilihan yang tepat dalam menghadapi blok Arab Saudi-Israel yang didukung AS.

“Mempertimbangkan hubungan geopolitik yang berkembang setelah perang Ukraina, Teheran mencoba untuk mendapatkan dukungan Moskow dalam konfrontasinya dengan Washington dan sekutu regionalnya,” kata seorang pejabat senior Iran, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Didorong oleh harga minyak yang tinggi sejak perang Ukraina, Iran bertaruh bahwa dengan dukungan Rusia, hal itu dapat menekan AS untuk menawarkan konsesi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Meski demikian, antara Iran dan Rusia seperti mempunyai ‘sedikit’ masalah terkait ekspor minyak. Iran mengakui bahwa sejak Rusia dan China menjalin hubungan yang lebih dekat, ekspor minyak ke China berkurang. Hal ini merugikan, mengingat ekspor minyak merupakan salah satu penghasilan utama Iran.

Di samping berbicara dengan Iran, Putin juga diagendakan akan berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengenai konflik di Suriah, saat Erdogan mengancam akan meluncurkan lebih banyak operasi militer untuk memperluas “zona aman” sedalam 30 km (20 mil) di sepanjang perbatasan.

“Menjaga integritas wilayah Suriah sangat penting, dan setiap serangan militer di Suriah utara pasti akan merugikan Turki, Suriah dan seluruh wilayah, dan menguntungkan teroris,” kata Khamenei kepada Erdogan, dikutip dari Reuters.

Rusia dan Iran adalah pendukung terkuat Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung pemberontak anti-Assad.

Sementara itu, Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB diperkirakan akan menandatangani kesepakatan akhir pekan ini yang bertujuan untuk melanjutkan pengiriman gandum dari Ukraina melintasi Laut Hitam.