Kuatkan Jaringan Pernaskahan Nusantara, Oman Fathurahman Mengunjungi Pesantren Qomaruddin
Berita Baru, Gresik – Pesantren Qomaruddin mempunyai ratusan manuskrip. Sebagian besar telah didigitalisasikan atas kolaborasi dengan berbagai pihak. Sabtu, 30 November 2024, guru besar filologi, Oman Fathurahman atau akrab disapa Kang Oman bersama tim Dreamsea mengunjungi Pesantren Qomaruddin.
Kunjungan Kang Oman bersama tim dalam rangka merajut silaturrahim dengan para pemilik naskah, khususnya pengasuh dan pimpinan Pesantren Qomaruddin. Selain itu, juga sebagai upaya memperkuat jaringan masyarakat pernaskahan dengan bergiat bersama. Adapun acaranya di antaranya adalah ramah tamah di kantor yayasan, peresmian galeri, dan gelar wicara (Ngariksa).
Agus Iswanto selaku direktur program Endangered Archives Programme (EAP) 1564 mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari upaya melestarikan khazanah manuskrip-manuskrip yang dikarang, disalin, maupun disimpan oleh para kiai Qomaruddin di masa lalu. Dengan kegiatan ini semoga bisa menjadi sarana untuk lebih menggiatkan lagi pelestarian dan kajian manuskrip Qomaruddin dalam konteks Islam Indonesia dan dunia.
“Pekerjaan rumah setelah digitalisasi adalah kajian, dengan kegiatan Ngariksa yg dilakukan secara kolaboratif antara Ngariksa, Dreamsea, dan tim Endangered Archives Programme (EAP) 1564, dan Pesantren Qomaruddin diharapkan memantik lebih banyak kajian-kajian manuskrip Qomaruddin, baik yang dilakukan oleh para kiai, santri, maupun peneliti,” tambah pria yang juga peneliti BRIN itu.
Harta karun yang tak ternilai harganya itu menjadi bukti kedahsyatan keilmuan para muasis Pondok Pesantren Qomaruddin dalam berbagai bidang keilmuan. Tulisan tangan dari KH. Sholih Tsani, KH. Abdurrahman, hingga KH. Sholeh Musthofa, membuktikan bahwa Pondok Pesantren Qomaruddin menjadi pusat keilmuan Islam.
Ratusan judul salinan kitab tertata rapi di Galeri Sampurnan, mulai dari kitab Tauhid (Qoshidah Lis Shibyan, Aqidatul Awwam, dsb), Fiqih (Safinah, Fathul Qorib, Muin, dsb), Tafsir, Qishoh, Tasawuf, hingga falak.
Galeri Manuskrip Sampurnan itu pun diluncurkan para pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin, Kang Oman, beserta para peneliti BRIN dan beberapa filolog lainnya pada hari hari yang sama. Mereka melihat langsung dan berdiskusi tentang kedahsyatan ilmu para pendiri pesantren.
Tidak hanya melihat fisik manuskrip, mereka juga melihat hasil digitalisasi manuskrip-manuskrip tersebut yang sebelumnya sudah dilakukan bekerja sama dengan Dreamsea, Nahdlatut Turats, dan yang terakhir dengan British Library. Total hasil digitalisasi itu lebih kurang 300 naskah.
Kang Oman mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh YPP Qomaruddin dalam melestarikan dan pengkajian khazanah keilmuan para muasis. Upaya itu diharapkan kini lebih mengintensifkan ke upaya pengkajian dan penerbitan hingga pengaplikasian dalam kurikulum pendidikan di pesantren.
“Kitab yang ditulis KH. Sholeh Tsani ini, kalau dalam dunia akademik bisa dikatakan sebagai collective memory atau ingatan bersama, umat Muslim Indonesia pada zaman itu. Di Ngariksa, sifat 20 (Sifat wajib Allah .red) itu hampir selalu kita temukan,” tutur Prof Oman merujuk pada manuskrip Qoshidah Lis Shibyan Karya KH. Sholeh Tsani.
Setelah mengikuti soft launching Galeri Sampurnan, acara dilanjutkan dengan Ngariksa, sebuah program mengkaji naskah. Ngariksa dimulai dengan membaca Li khomsatun dan membaca bersama kitab Qoshidah Lis Shibyan. Pemangku Pondok Pesantren, KH. M. Ala’uddin mengawali pembacaan kitab, dilanjut Kang Oman, hingga diakhiri oleh K. Mudlofar Usman.
“Manuskrip, satu halaman saja, bisa membuat kita menemukan jati diri kita,” tutur Prof. Oman dalam gelar wicara yang juga disiarkan secara Live Streaming di kanal YouTube Pondok Qomaruddin.
Pengampu Ngariksa itu banyak menjelaskan kekayaan Khazanah keilmuan yang terdapat dalam manuskrip Sampurnan. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyyah itu di Bulan Ramadan kemarin mengaji salah satu manuskrip Sampurnan, yaitu Qoshidah Lis Shibyan.
“(Qoshidah Lis Shaum .red) ini luar biasa. Tentang puasa, banyak kita temukan, di Safinah, Kasifatun, dsb. Tapi yang bentuk nadhom, tidak mudah loh. Menyusun bahr (rima .red) itu tidak mudah,” imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok.
Pasca Ngariksa, Kang Oman juga melakukan ziarah ke maqbaroh Kiai Qomaruddin dan KH. Sholih Tsani. Ke depan, pihaknya berharap agar Pondok Qomaruddin terus melakukan kajian terhadap manuskrip Sampurnan yang sangat kaya akan khazanah keilmuan.