Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Banjir Pantura
Banjir menggenangi sejumlah ruas jalan di Pantura (Foto: Tempo)

Koalisi Maleh Dadi Segoro Ungkap Penyebab Banjir Pantura



Berita Baru, Jakarta – Koalisi Masyarakat Sipil Maleh Dadi Segoro (MDS) menyampaikan hampir 80 persen wilayah di sepanjang jalur pantai utara (Pantura) Jawa Tengah (Jateng) yang terendam banjir pada akhir 2022 sampai awal 2023.

Beberapa wilayah tersebut di antaranya adalah Brebes, Tegal, Pemalang, Batang, Pekalongan, Kendal, Kota Semarang, dan Demak.

Koalisi MDS menilai banjir parah yang terjadi di sejumlah wilayah tersebut bukan semata-mata diakibatkan curah hujan yang tinggi.

Dalam hasil investigasinya yang berjudul ‘Banjir Jawa Tengah Akhir 2022-Awal 2023: Pemerintah Hanya Lihat-Lihat’, koalisi menemukan faktor lain yang turut memicu banjir di hampir seluruh wilayah Pantura Jateng itu.

Di Simpang Lima Semarang, banjir terjadi secara rutin setiap hujan turun. Koalisi mengidentifikasi banjir di Simpang Lima bukan hanya karena drainase buruk, tetapi juga  dampak alih fungsi lahan.

Simpang Lima yang awalnya area rawa dan perkampungan, kemudian disulap menjadi pusat pemerintahan Jawa Tengah,  dan kemudian menjadi pusat bisnis Semarang.

“Perubahan ruang di hulu daerah aliran sungai (DAS) Garang-tempat di mana Kawasan Simpang Lima berada-pun ikut memengaruhi banjir yang terjadi di Kawasan Simpang Lima,” dikutip dalam laporan tersebut, Sabtu (28/1/2023).

Kemudian banjir di 7 kelurahan di sekitar Jalan Raya Kaligawe Semarang, koalisi mengidentifikasi terdaoat dua faktor utama yang menyebabkan banjir yakni geografis dan masalah pompa.

Secara geografis, wilayah tersebut berada di cekungan atau memiliki lokasi paling rendah dari wilayah lainnya. Kedua, mengenai pompa, yaitu kerusakan pompa dan kurangnya kapasitas pompa. Keduanya menjadi faktor penyebab banjir pada 2017, 2018, 2021, dan 2023.

Di kawasan Pantai Marina, banjir merendam puluhan rumah. Selain cuaca ekstrem, banjir di wilayah ini juga disebabkan tanggul yang jebol.

Sementara itu, di Kabupaten Semarang, Koalisi menyimpulkan terjadi sebagai kombinasi dari bentang alam di hulu sungai yang sudah rusak, baik karena adanya penebangan pohon maupun karena kurangnya penghijauan, dengan curah hujan yang tinggi menjadi penyebab banjir.

Selanjutnya, di Kabupaten Demak dan Meteseh, 23 desa terendam banjir rob selama berpekan pekan.

Koalisi mengungkap pembangunan infrastruktur raksasa penanganan banjir di Semarang dan sekitarnya, Tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) yang memperparah banjir rob di Pesisir Kabupaten Demak.