Kim Jong Un Absen pada Perayaan Hari Matahari, Mungkinkah Korut Lockdown?
Berita Baru, Internasional – Pada tanggal 15 April, Democratic People’s Republic of Korea (DPRK) atau Republik Rakyat Demokratik Korea memperingati salah satu hari besarnya: Hari Matahari. Perayaan Hari Matahari adalah perayaan hari ulang tahun Kim Il-Sung, pemimpin pasukan perlawanan Korea melawan Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II.
Setelah kemenangan itu, Kim II-Sung mendirikan DPRK pada tahun 1948 dan menjadi pemimpin DPRK selama lebih dari 40 tahun hingga kematiannya pada tahun 1994. Di samping itu, ia juga merupakan kakek dari Kim Jong Un.
Pada perayaan Hari Matahari, biasanya Kim Jong Un melakukan ziarah bersama dengan para pemimpin Partai Buruh Korea lainnya ke Istana Matahari Kumsusan di Pyongyang. Tempat itu merupakan makam dari Kim II-Sung dan Kim Jong II.
Namun, tahun ini, Kim Jong Un hanya mengirimkan karangan bunga.
Menurut kantor berita pemerintah Korea Central News Agency, “karangan bunga diletakkan atas nama Komite Sentral Partai Buruh Korea, Komisi Urusan Negara Republik Rakyat Demokratik Korea, Presidium Majelis Rakyat Tertinggi DPRK dan Kabinet DPRK.”
Kim Jong Un biasanya mengikuti beberapa acara atau kegiatan dari perayaan Hari Matahari, yang biasanya terdiri dari sejumlah acara festival, tarian, dan pertunjukan publik, serta semua pagelaran ornamen budaya, kuliner dan wisata.
Tidak biasanya Kim Jong Un absen dari perayaan Hari Matahari. Juga tidak biasanya ia melewatkan sesi musim panas Majelis Tertinggi Rakyat (SPA) yang biasanya dilakukan pada bulan April sebelum Hari Matahari.
Kim biasanya langsung mamantau rapat legislatif tersebut. Namun kemarin, karena ia tidak hadir, ia digantikan oleh Choe Ryong Hae, Presidium dan Sekretariat Partai Buruh Korea yang juga merupakan komando militer kedua dari Kim Jong-un.
Menurut Reuters, terakhir kali Kim tampil di hadapan publik adalah pada hari Sabtu (11/4) minggu lalu ketika mengawasi pertemuan partai yang berkuasa, yakni Politbiro (PB).
Sebagai ketua Partai Pekerja dan Komisi Urusan Negara, kehadiran Kim biasanya diperlukan dalam acara kenegaraan besar seperti Hari Matahari dan pertemuan legislatif SPA. Karena itu, absennya Kim dalam acara besar itu membuat banyak ahli berspekulasi tentang apa yang terjadi di DPRK.
Cheong Seong Chang, seorang rekan senior di Sejong Institute Korea Selatan, mengatakan kepada Reuters, “Ada kemungkinan bahwa ada masalah dengan kesehatan atau keselamatannya meskipun bersifat sementara, sulit untuk menilai bagaimana situasinya.”
Namun, mengutip Reuters, seorang juru bicara di Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan Korea Utara, mengatakan bahwa pada hari Kamis (15/4) Kim melakukan ziarah pada perayaan Hari Matahari, hanya saja media pemerintah tidak memberitakan kehadirannya. Sementara, ia menolak untuk memberikan penjelasan apapun tentang hal itu.
Peter Ward, seorang penulis dan peneliti yang berfokus pada politik dan ekonomi Korea Utara, mengatakan kepada NK News pada tanggal 15 April bahwa ada banyak spekulasi ketidakhadiran Kim pada perayaan Hari Matahari.
“Kemungkinan lain adalah bahwa Kim Jong Un sakit, tetapi itu tidak akan benar-benar membuatnya absen dari perayaan Hari Matahari. Agak aneh,” ujar Peter Ward.
Di samping Peter Ward, Rachel Minyoung Lee juga mengatakan kepada NK News, “Ini bisa menjadi bagian dari upaya propaganda Korea Utara untuk menjauhkan Kim Jong Un dari warisan kakek dan ayahnya, sebuah trend yang mulai muncul sejak paruh terakhir tahun lalu. Penanganan Korea Utara terhadap peringatan Party Foundation Day atau Hari Pendirian Partai pada Oktober 2019 menjadi salah satu contohnya.”
Lalu Ahn Chan Il, seorang pembelot DPRK yang bekerja di Seoul sebagai peneliti, mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa “Kim Jong Un ingin melepaskan diri dari masa lalu, serta kepribadian tradisional Korea Utara … Pesannya adalah bahwa masa Kim Jong Il dan Kim Il Sung sudah berakhir.”
Pada hari Kamis (15/4), Asia Times juga memberikan lima spekulasi terkait ketidakhadiran Kim Jong Un pada perayaan Hari Matahari:
- Pemerintah DPRK mungkin sedang dalam kondisi lockdown atau karantina wilayah terkain COVID-19;
- Kim mungkin memang sakit – atau bahkan meninggal dunia, menurut beberapa orang;
- Kim mungkin berusaha mengubah citranya, termasuk meninggalkan bayangan leluhurnya;
- Kepemimpinan Kim mungkin telah dikudeta; dan
- Kim menjadi ultra-paranoid dan menolak untuk tampil di muka umum karena takut dibunuh, seperti yang terjadi pada Mayjen Iran Qasem Soleimani.
Sumber | Sputnik News |