Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tampilan satelit pangkalan Wagner Grup di Mali. Foto: CSIS/MAXAR.
Tampilan satelit pangkalan Wagner Grup di Mali. Foto: CSIS/MAXAR.

Khawatir Sebarkan Pengaruh, Think Thank AS Soroti Kedatangan Pasukan Rusia di Mali



Berita Baru, Washington – Think thank AS soroti kedatangan pasukan Rusia di Mali, menambahkan langkah tersebut merupakan strategi Rusia untuk menyebarkan pengaruh di wilayah terebut.

Center for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga yang fokus pada kajian kebijakan internasional berbasis di Washington pada Rabu (2/2) menerbitkan sebuah laporan yang juga menunjukkan bagaimana perkembangan pasukan Wagner Grup di Mali yang datang sejak Desember 2021.

Grup Wagner merupakan perusahaan militer swasta Rusia (PMC) yang terkait dengan pemerintahan Rusia, Kementerian Pertahanan Rusia (khususnya Direktorat Intelijen Utama, atau GRU), dan Layanan Keamanan Federal (FSB).

“Kemunculan Wagner datang pada saat yang sangat sulit bagi Mali dan merupakan perwakilan dari strategi Rusia untuk menyebarkan pengaruh di wilayah tersebut,” kata CSIS.

CSIS juga mengatakan, setibanya di Mali, Wagner Grup dengan cepat membangun “sebuah kamp di luar batas Bandara Internasional Modibo Keïta Bamako, barat daya Pangkalan Udara 101, sebuah instalasi militer yang digunakan oleh angkatan udara Mali.”

Dengan menunjukkan tampilan foto satelit lokasi instalasi militer, CSIS menunjukkan di lokasi tersebut sudah terdapat barak, beberapa tenda, beberapa kendaraan transportasi, dan di bagian tengah “konstruksi sedang berlangsung di area markas”.

Lebih lanjut, kekhawatiran juga muncul karena adanya disinformasi atas hubungan Mali dengan Prancis yang disebabkan oleh “aktor terkait Wagner” karena “mengeksploitasi ketidakpuasan domestik dengan situasi keamanan” ditunjukkan kepada Prancis “untuk membenarkan dugaan kebutuhan akan dukungan PMC.”

Sebelumnya, pada Senin (1/2), pemerintahan Mali mendesak kedubes Prancis untuk meninggalkan negara itu dalam waktu tiga hari, beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Prancis dan pejabat pemerintah lainnya “berulang kali” berbicara menentang otoritas nasional dengan cara yang bertentangan dengan perkembangan hubungan persahabatan antar bangsa.

Selain itu, CSIS juga menyoroti para tentara Wagner Grup yang turut serta melatih tentara Mali dan adanya dukungan “outlet media yang berafiliasi dengan Kremlin.”

“Ini adalah yang terbaru dari serangkaian propaganda dan upaya disinformasi terkait PMC-Rusia yang berusaha menyebarkan sentimen pro-Rusia dan menggantikan pengaruh Barat—dan khususnya, Prancis—di Afrika sub-Sahara,” tulis CSIS.

Dengan situasi demikian, CSIS kemudian menganggap bahwa “mencoba memaksakan Mali dengan pilihan” antara AS-Barat dengan Rusia “kemungkinan akan gagal karena mereka tidak cukup menghargai kenyataan ini.”

“Pendekatan semacam itu menawarkan umpan retoris kepada para pemimpin tidak liberal seperti junta militer Mali, yang dapat memperoleh modal politik domestik dengan mengkritik Prancis karena telah ‘meninggalkan’ Mali, memanfaatkan kebencian yang sudah berlangsung lama,” imbuh CSIS.

Akibatnya, menurut CSIS, argumen AS-Barat terhadap intervensi Rusia harus berpusat pada mempromosikan kepentingan nasional Mali sendiri.

“Karena situasi di Mali berkembang pesat, tetap penting bagi Amerika Serikat, Prancis, dan ECOWAS untuk menjaga komunikasi terbuka dengan pemerintah Mali,” kata CSIS, “sambil juga meminta pertanggungjawabannya.”