Ketum Kadin Sebut B20 Indonesia Hasilkan Legacy Penting
Berita Baru, Bali – Penyelenggaraan Forum Business 20 (B20) Indonesia berbeda dengan penyelenggaraan forum serupa sebelumnya yang hanya berbicara rekomendasi, melainkan juga membuat legacy atau warisan hingga membuat proyek.
“Jadi ini bedanya B20 Indonesia dengan B20 sebelumnya,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid, sebagaimana dikutip dari Antara.
Hal itu diungkapkan Arsjad dalam sesi wawancara khusus di sela penyelenggaraan Indonesia Net Zero Summit 2022 yang merupakan rangkaian Forum B20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/11).
Ia menyampaikan biasanya B20 dari sisi bisnis membuat rekomendasi kepada G20, yaitu pemerintahnya. Lalu G20 membicarakan dan keluar keputusan bersama.
“Tapi di Indonesia tidak bisa seperti itu karena Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) itu kan aksi, aksi, dan aksi,” ujar Arsjad.
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa agenda B20 Indonesia sejalan dengan G20 sehingga dapat dikatakan bentuk gotong royong antara pemerintah dengan pelaku usaha.
Secara umum Presidensi G20 Indonesia memiliki tiga agenda utama, yaitu arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan transformasi digital.
Namun dalam forum B20 digarisbawahi agenda negara berkembang, yakni usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan merangkul negara miskin agar tercipta inklusivitas.
Menurut Arsjad, selama ini UMKM selalu menjadi pembicaraan dalam forum B20 tapi tidak pernah menjadi sebuah pondasi. Sementara di Indonesia, UMKM harus menjadi fondasi karena 60-70 persen kontribusi pendapatan negara berasal dari UMKM serta 90 persen lebih penciptaan lapangan kerja dari UMKM.
Dia memaparkan dalam agenda arsitektur kesehatan global dibentuk sebuah warisan bernama one shot, dimana Kadin Indonesia bekerja sama dengan Tony Blair Institute memikirkan bagaimana produksi bidang kesehatan bisa dinikmati oleh semua, salah satu contohnya vaksin.
Kemudian dalam agenda transformasi digital dibentuk “wiki-entrepreneurship” dengan membuat sebuah platform yang bisa mengintegrasikan UMKM negara G20 sehingga UMKM antar negara G20 bisa saling melengkapi kebutuhan.
“Kita mulai pilot project dengan Jepang. Pakai bahasa Jepang tapi terkoneksi. India juga dalam proses konektivitas. Kita juga akan bawa ini ke ASEAN,” jelas dia.
Selain itu, turut diangkat isu women’s empowerment untuk menyuarakan kepada dunia atas pentingnya persamaan perlakuan terhadap perempuan.
Selanjutnya dari sisi agenda transisi energi, B20 Indonesia ingin menunjukkan pentingnya keberlanjutan dari aspek lingkungan dengan membentuk carbon center of excellence serta memberikan penghargaan kepada UMKM yang mampu menerapkan keberlanjutan lingkungan dalam kegiatan usahanya.
“Seluruh warisan B20 Indonesia itu sangat potensial dilanjutkan oleh negara-negara pemegang presidensi G20 berikutnya,” pungkas Arsjad.